blank
ilustrasi whatsapp. Foto: Ist

YOGYAKARTA (SUARABARU.ID) – Sebanyak 73 persen perempuan Indonesia cenderung mendiamkan hoaks yang ditemukan di WhatsApp. Itulah hasil riset UGM. Hoaks terbanyak yang ditemukan di WhatsApp adalah hoaks politik. Ada dua sumber hoaks terbanyak, yaitu grup WhatsApp dan informasi yang disebar oleh teman.

“Rata-rata skor kompetensi kritis (2,2) perempuan Indonesia dalam menavigasi mis-informasi di WhatsApp lebih rendah dibandingkan kompetensi fungsional (2,38),” kata Ketua Program Magister Ilmu Komunikasi Universitas Gajah Mada, Novi Kurnia, Senin (19/10/2020) seperti dikutip siberindo.co.

Dalam melawan hoaks politik di WhatsApp dalam Pilkada 2020 ini, UGM meluncurkan Seri Pelatihan Literasi Digital bagi Perempuan Indonesia. Seri pelatihan ini merupakan program lanjutan dari Riset Grup WhatsApp dan Literasi Digital Perempuan Indonesia.

Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Fisipol UGM bekerja sama dengan WhatsApp, CfDS, PR2Media, dan Jogja MediaNet untuk menyukseskan pelatihan pada 19-24 Oktober 2020. Dikatakan bahwa pelatihan dilakukan secara daring melalui Grup WhatsApp dan Zoom.

“Kemudian diikuti pendampingan melalui grup WhatsApp selama satu bulan setelah pelatihan (hingga pasca-pemungutan suara Pilkada),” imbuh Novi Kurnia.

Menurutnya, pelatihan akan digelar di empat kota atau kabupaten terpilih, yaitu di Makassar (Sulawesi Selatan), Mamuju (Sulawesi Barat), Tangerang Selatan (Banten), dan Tomohon (Sulawesi Utara).  Keempat kota tersebut dinilai rawan hoaks, rawan tekanan politik, dan rawan pandemi.

“Tujuannya untuk membekali perempuan Indonesia agar mampu berperan aktif sebagai agen literasi digital dalam melawan hoaks dan ujaran kebencian yang muncul dalam Pilkada 2020 yang berlangsung dalam pandemi Covid-19,” pungkasnya.

Ilyas Mahpu/wiradesa.co-trs