blank

Oleh :Hadi Priyanto

JEPARA(SUARABARU.ID) – Kategorisasi risiko kasus Covid-19 dihitung  berdasarkan skoring yang didapat  berdasarkan penghitungan  dan pembobotan atas indikator kesehatan masyarakat yaitu  epidemiologi, surveilans kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan.

Indikator epidemiologi memiliki 10 perameter penilaian yang terdiri dari penurunan jumlah kasus positif pada minggu terakhir, kasus aktif pekan terakhir  kecil atau tidak ada,  penurunan jumlah meninggal dunia kasus positif, dan penurunan jumlah kasus positif yang dirawat di rumah sakit.

Parameter penilaian lainnya adalah penurunan jumlah kasus suspek, prosentae kumulatif kasus sembuh,  insiden kumulatif  kasus positif  per 100.000 penduduk, kecepatan laju insidensi dan angka kematian kasus positif per 100.000 penduduk.

Sementara indikator  surveilans kesehatan masyarakat didapat berdasarkan 2 parameter penilaian yaitu jumlah pemeriksaan sampel  diagnosis 1 orang per 1000 penduduk per minggu pada level provinsi serta positif rate  rendah dengan target kurang dari 5 persen sampel diagnosis positif.

Sedangkan indikator pelayanan kesehatan mencakup parameter penilaian  jumlah tempat tidur diruang isolasi  rumah sakit rujukan serta jumlah tempat tidur yang  mampu menampung  jumlah pasien suspek dan pasien positif.

Setiap indikator dan parmeter penilaian  diatas diberikan skoring dan pembobotan.  Setelah dijumlahkan hasil penghitungannya maka  dikategorikan empat zona risiko covid-19 merah, orange, kuning dan hijau . Data ini diumumkan setiap minggu oleh Kemenkes RI.

Jepara yang sejak 9 Agustus 2020 masuk pada kategori daerah zona orange atau zona risiko sedang, pada minggu  kemarin     skorenya menunjukkan angka yang semakin membaik yaitu 2,36.  Sementara secara  nasional skore zona risiko sedang (orange)  adalah 1.81 – 2,40. Sedangkan skore zona risiko tinggi (merah) adalah   0 -1.80, risiko rendah (kuning) 2.41-3.0 dan zona hijau tidak ada kasus.

Jika melihat skore yang ada, Jepara dengan skore 2,36 telah mendekati skore  risiko rendah atau zona kuning dengan skore 2.41 – 3.00. Ini merupakan capaian terbaik Jepara pasca ditetapkan sebagai  daerah dengan zona orange.

Dengan capaian itu kini Jepara menempati urutan kelima di Jawa Tengah. Dua daerah telah masuk zona kuning adalah  Wonogiri dan Kota Salatiga. Sedangkan dua daerah  lain yang berada diujung zona orange mendekati zona kuning  adalah Demak dengan skore 2,41 dan Klaten dengan skore 2,38 serta Jepara dengan skore 2,36.

Jalan Panjang   

Mudahkah sebuah daerah masuk dalam zona kuning ? Tentu tidak mudah, sebab ada 14 parameter penilaian yang ditetapkan.  Sedangkan sumber datanya berasal dari daya surveilans dan database Rumah Sakit Online  Kementerian Kesehatan yang dikirim tiap hari.

Namun jika melihat hasil skoring    Kemenkes RI   pada pekan  kemarin, berdasarkan penghitungan  dan pembobotan atas indikator kesehatan masyarakat yaitu  epidemiologi, surveilans kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan, kita akan lebih  mudah menemukan jalan. Sebab senyatanya indikator dan parameter penilaian itu bisa menjadi peta jalan yang berharga.

Karena itu agar Jepara dapat segera masuk pada zona kuning  ada beberapa catatan penting   yang mungkin dapat menjadi dasar bagi para pemangku kepentingan  dengan memanfaatkan hasil skoring berdasarkan penghitungan  dan pembobotan atas indikator kesehatan masyarakat yaitu  epidemiologi, surveilans kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan.

Pertama, melangkah berdasar basis data dan bukan dengan asumsi. Pada indikator kesehatan masyarakat menuju masyarakat produktif dan aman covid-19 berbasis data telah ditetapkan 3 indikator kesehatan masyarakat yaitu  epidemiologi, surveilans kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan.

Masing-masing indikator telah ditetapkan juga  parameter penilaian, bobot, kategori,   skoring dan hasil skoring. Seyogyanya, dari data-data itulah kemudian dilakukan perbaikan langkah yang lebih terkoordinasi, padu dan sinergis.

Kedua; mencari titik lemah. Walaupun indikator dan parameter penilaan itu harus dipahami komprehensif, namun mencari titik lemah adalah sebuah langkah yang baik jika kemudian dari  titik lemah itu mampu mendorong semua pemangku kepentingan untuk memperbaiki perannya    tanpa mengabaikan perbaikan indikator yang telah semakin membaik sebelumnya.

Ketiga; menjaga agar tak kembali ke zona  merah. Belajar dari banyak daerah, bisa saja sebuah daerah dengan zona orange masuk kembali ke zona merah. Sebab kemudian banyak orang penjadi abai  protokol kesehatan.

Karena itu  gerakan untuk mengubah perilaku masyarakat selaras dengan protokol kesehatan tidak boleh hanya berhenti pada operasi dan penertiban oleh aparat, tetapi harus dijadikan sebagai sebuah gerakan bersama yang  melibatkan banyak pemangku kepentingan disemua tingkatan.

Keempat; jangan biarkan menyebar. Agar virus corona tidak semakin menyebar maka perlu  memperkuat testing, trecing dan treatment serta gerakan 3 M. Juga  pencapaian pemeriksaan sampel 1 orang per 1000 penduduk per minggu.

Disamping itu pemeriksanaan sampel ini memiliki bobot nilai 11 persen, skoring tertinggi 3 dan hasil skoring 0,11. Ini jumlah tertinggi kedua setelah prosentase kasus sembuh  dari seluruh kasus positif yang bobotnya sebesar 12 persen, skoring tertinggi 3 dan hasil skoring 0,12. Pelaksanaan 3 T itu juga bisa menurunkan angka positifity rate daerah yang memiliki bobot 8 persen, skoring tertinggi 3  hasil  skoring 0,08.

Kelima ; analisa dan evaluasi secara periodik. Setiap minggu berdasarkan data yang telah di umumkan harus dilakukan analisa dan evaluasi secara jujur, terbuka dan  komprehensif  yang melibatkan para pemangku kepentingan terkait, utamanya pada tiga  indikator kesehatan masyarakat yaitu  epidemiologi, surveilans kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan.

Membaca dan mencermati 3 indikator kesehatan masyarakat dan 14 parameter penilaian yang ditetapkan, senyatanya seperti memahami not-not dalam sebuah orkestra besar “Penanganan Covid-19”. Para pamainnya harus menghasilkan harmoni suara  dipandu oleh sang derijen yang selalu berimprovisasi, namun tetap dalam irama dan nada  sebuah orkestra.

Semoga sedikit catatan atas kategorisasi risiko kasus Covid-19 yang telah menunjukkan  semakin membaiknya posisi Jepara dapat bermanfaat.

Penulis adalah wartawan SUARABARU.ID Jepara