La Nina di Depan Mata, Warga Diminta Siaga

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Fenomena La Nina yang hadir memasuki musim hujan di akhir tahun 2020 menjadi perhatian serius. Selain potensi peralihan musim dari pancaroba ke penghujan, juga potensi bencana yang kemungkinan besar terjadi.

Anggota DPRD Jateng dari Fraksi PKB, Abdul Hamid, saat acara Prime Topic di Hotel Gets, Senin (19/10/2020), bertema “Mitigasi & Siaga Fenomena La Nina’ meminta agar warga masyarakat mulai siap siaga atas fenomena La Nina tersebut.

La Nina di Depan Mata, Warga Diminta Siaga
Ketua Komisi E DPRD Jateng Abdul Hamid

Ketua Komisi E DPRD Jateng tersebut mengatakan semua pihak harus bisa memperhatikan persoalan kebencanaan di musim penghujan ini. Karena, banyak daerah di Jateng yang sering mengalami dampaknya seperti banjir, rob, dan tanah longsor.

“Harapannya, pihak-pihak terkait seperti BPBD dan BMKG selalu update informasi soal kebencanaan. Hal itu dapat dilakukan di medsos,” kata Politikus PKB itu.

Sementara itu narasumber lain, Adi Widagdo selaku Kasi Kesiapsiagaan BPBD Jateng mengatakan kalau jauh – jauh hari BPBD Jateng sudah melakukan persiapan. Salah satunya memberikan edukasi kepada masyarakat soal potensi bencana yang akan terjadi.

“Memasuki musim penghujan ini, sudah ada beberapa laporan dari masyarakat tapi belum kategori bencana seperti pohon tumbang dan air meluap. Oleh karena itu, mumpung belum terlambat, mari kita siap siaga menghadapinya,” kata Adi.

La Nina di Depan Mata, Warga Diminta Siaga
Dosen Geografi FIS Unnes Erni Suharini dan Kasi Kesiapsiagaan BPBD Jateng Adi Widagdo menjadi narasumber dalam acara Prime Topic Dialog Bersama Parlemen Jateng.emen

Lebih lanjut dirinya mengatakan, masa puncak dari fenomenan La Nina di musim penghujan ini terjadi pada Desember 2020 hingga Januari 2021. Di waktu tersebut semua pihak diminta untuk lebih meningkatkan kewaspadaannya.

“Seperti tahun – tahun sebelumnya, kami melakukan persiapan sedari dini untuk mengantisipasi kejadian bencana, termasuk memberi edukasi mitigasi bagi warga di daerah yang memiliki potensi bencana tinggi, seperti di Jawa Tengah bagian tengah,” katanya.

Erni Suharini, Dosen Geografi FIS Unnes, menambahkan sudah seharusnya pendidikan mengenai kebencanaan diberikan kepada peserta didik. Bahkan, pendidikan itu sudah layak diberikan sejak anak menjalani pendidikan anak usia dini.

“Kami berupaya mengedukasi masyarakat.Untuk pendidikan ke masyarakat, sejak tingkat Paud sudah harus diberikan sehingga lebih meningkatkan partisipasi dalam hal kebencanaan. Pendidikan itu tidak hanya ditujukan bagi masyarakat terdampak bencana tapi seluruh masyarakat,” saran Erni.