blank
Th. Dewi Setyorini

Oleh : Th. Dewi Setyorini

APA yang terjadi saat ini adalah sebuah bencana extraordinary. Bencana yang tak semua orang pernah membayangkan sebelumnya dan dampaknya begitu luar biasa.

Dalam situasi seperti ini, semua orang terperangah, tersentak, dan sesaat tak berdaya. Pengaruhnya meluas melampaui batas-batas negara, dan efeknya tak hanya sosial, namun ekonomi, bahkan politik.

Semua terimbas tanpa kecuali. Gamang menghadapi hidup yang dalam kurun waktu tak bisa diperkirakan dengan pasti akan kembali normal sebagaimana sebelum pandemi ini menghantam.

Dalam situasi penuh ketidakpastian, semua terdampak dan perlahan mulai menyesuaikan diri, mencoba mencari bentuk yang paling sesuai dengan kemampuan diri. Mereka yang tersisa nantinya adalah mereka yang telah tertempa oleh kehidupan yang keras dan seakan tak bersahabat.

Semua menyadari saat ini musuh yang dihadapi tak kasat mata, ia bisa sangat kejam membunuh, dan dengan sabar menunggu saat tepat untuk menikam tepat di bagian paling sensitif yang membuat mereka yang tak kuat akan menyerah dan pasrah pada nasib. Sedangkan yang bertahan akan terus berjuang agar tak lumpuh mendapatkan serangannya yang mungkin akan bertubi dan bertubi.

Tak Bisa Diprediksi

Hidup kali ini tak bisa dikalkulasi dengan tepat. Prediksi yang dibuat tak sepenuhnya benar bahkan banyak yang meleset. Kita pun dibuat bingung karena tak ada rujukan yang dapat dijadikan acuan pasti.

Informasi berseliweran dalam dunia maya yang kadang sulit untuk dipisahkan mana yang hoaks dan mana yang sungguh ada. Banyak orang memanfaatkan situasi demi mengeruk keuntungan pribadi tanpa peduli apa yang orang lain rasakan.

Bahkan banyak orang mencari selamat dan memikirkan diri sendiri. Dalam batas yang paling absurd, orang menjaga jarak dan membentengi diri sendiri demi keselamatan diri. Inilah yang tak pernah dibayangkan sebelumnya.

Situasi penuh ketidakpastian dan genting inilah yang disebut dengan situasi krisis, sebagaimana pandemi ini. Situasi serba tak terduga, tidak biasa, dan akan memicu ketidakpastian, meningkatkan stress, dan dalam batas yang tak diduga menyebabkan mental break down.

Jika kita sungguh peka dan peduli, maka sense of ciris kita akan menyala dan terus berdering hingga kita dapatkan kembali balance of life kita. Sense of crisis inilah yang akan menjadi trigger untuk bangkit demi menemukan kembali keseimbangan hidup yang membuat kita akan menemukan pijakannya kembali.

Saat pandemi memaksa orang untuk menemukan penyesuaian diri terbaiknya, maka sebenarnya pada saat itu kita membutuhkan satu komando yang akan mengarahkan apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya, dan tujuan yang hendak dicapai.

Satu komando ini diletakkan di pundak pemimpin dimana pun ia berada. Di pundak pemimpin harapan itu diletakkan. Oleh karena itu peran pemimpin di era krisis inilah yang menentukan kualitas dasar seorang pimpinan.

Baca Juga: Zona Nyaman

Mengelola Krisis

Dalam konteks organisasi, kemampuan pemimpin meredam gejolak akibat situasi krisis menjadi tolok ukur keberhasilannya mengelola krisis hingga dampak lebih lanjut dapat dikendalikan. Ada beberapa hal yang perlu diwaspadai dalam situasi demikian, antara lain:

  1. Kesimpangsiuran informasi, ketidakakuratan informasi, dan berbagai berita yang tidak jelas sumber dan kebenarannya.
  2. Kondisi psikologis yang cemas, stres, dan dalam taraf lebih lanjut memicu adanya mental breakdown.
  3. Sumber daya yang tidak terkelola secara maksimal karena keraguan untuk mengambil keputusan.
  4. Keraguan untuk mengambil keputusan antara mana yang urgent dan mana yang important.

Kondisi di atas menuntut seorang pemimpin untuk mengambil langkah strategis untuk menjaga keberlangsungan organisasi agar tetap berdaya menghadapi tekanan akibat krisis yang saat ini terjadi. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil :

  1. Prioritas utama adalah menjaga kesehatan dengan mengacu protokol kesehatan yang telah ditentukan
  2. Bangun engagement diantara seluruh anggota untuk menjaga moral kerja tetap meningkat karena keterbatasan dalam mengelola berbagai sumber daya yang ada
  3. Susunlah daftar prioritas untuk menjaga kondisi survive. Hal ini penting karena dalam situasi demikian akan sulit melakukan berbagai inovasi dan pengembangan secara agresif.
  4. Utamakan daya adaptasi dan lupakan apa yang sudah biasa dilakukan karena situasi saat ini menuntut daya penyesuaian dalam kondisi full power.
  5. Pastikan komunikasi dan transparansi menjadi hal utama untuk mencegah kesimpangsiuran informasi yang ada.

Pada akhirnya ini adalah ujian sesungguhnya seorang leader. Pandemi ini adalah era krisis yang berapa lama akan berlangsung tak ada yang mampu memberikan garansi pasti.

Dalam situasi demikian, leader yang mampu beradaptasi dengan daya tahan yang luar biasalah yang akan bertahan dan teruji. Tak mudah memang namun bukan berarti tak bisa dilakukan. Yang dibutuhkan adalah ke tahanan diri dan mental tangguh untuk membawa gerbong organisasnya selamat sampai tujuan. Semoga.

(Th. Dewi Setyorini, Psikolog, CEO of 3Ds Consultant, Semarang)