blank
Pelatih sepak bola Widiyantoro (kiri) rela menyerahkan baju batik yang memiliki nilai historis, untuk mengisi Museum Pasoepati di Solo.

SOLO (SUARABARU.ID) – Barangkali, di dunia hanya Widyantoro sebagai satu-satunya pelatih sepakbola yang mengenakan baju batik lengan panjang, ketika mengawal anak latihnya bertanding di stadion. Baju bernilai historis tersebut, kini dihibahkan ke Museum TitikNol Pasoepati di Solo.

Presiden Repbulik Aeng-Aeng Surakarta, Mayor Haristanto, menyatakan, baju batik Coach Widyantoro yang bernilai sejarah bagi persepakbolaan di Tanah Air itu, Sabtu besok (17/10), akan dibawa dari Magelang ke Solo, oleh Dicki Agus Nugroho Proposalsatumilyar.

Kata Mayor, pembawa baju batik calon pengisi Museum TitikNol Pasoepati itu, dulu selagi berstatus sebagai mahasiswa, pernah nyantrik di Republik Aeng-Aeng. ”Sekarang menjadi pustakawan di Universitas Tidar Magelang. Dia asli Sukoharjo dan Sabtu besok akan mudik,” jelas Mayor Haristanto.

Mumpung di Magelang, tempat tinggal Coach Widyantoro, Dicki dimintai tolong untuk ambil baju batik di rumah Widyantoro, yang dihibahkan untuk mengisi Museum TitikNol Pasoepati, Solo.

Batik Bersejarah

Baju batik bersejarah di dunia sepak bola tersebut, pernah dipakai Widyantoro saat menukangi Tim Persis Solo melawan PSIS Semarang. Itu dia lakukan pada Tanggal 6 Juli 2019 bertempat di stadion Manahan, Surakarta.

blank
Pelatih sepak bola Widiyantoro (kiri) mengenakan baju batik lengan panjang, ketika menukangi Persis melawan PSIS di Stadion Manahan Solo. Berkahnya 1-0 untuk kemenangan Persis.

Pemakaian baju batik, yakni busana yang lazimnya dipakai untuk resepsi tersebut, sebagai wujud dukungan ke Pasoepati yang waktu itu terkena sanksi tidak boleh pakai kostum kebesaran suporter bola. Sebagai solusinya, suporter Kota Bengawan kala itu mengenakan baju batik, yaitu busana rapi yang tidak lazim dikenakan oleh massa pendukung tim sepak bola.

”Berkahnya, Tim Persis menang 1-0,” ujar Mayor Haristanto mengenang kejadian ‘aeng’ (aneh) sekitar 15 bulan yang lampau tersebut. Terkai ini, Coach Widy berkomentar, Solo selain dikenal keramah-tamahannya, juga populer dengan ciri khas batiknya. ”Ini batik, yang dulu saya pakai sewaktu Pasoepati tidak boleh pakai seragam suporter kebesarannya, karena disanksi oleh PSSI,” ujarnya.

Mayor Haristanto, mengatakan, itu saya nggregik (meminta dengan cara halus) kepada Coach Widy via WA sejak 19 juli 2020 lalu. Hanya agak bingung, materi pelatih yang ikonik apa ?  Akhirnya teringat baju batik. Inilah mungkin satu-satunya pelatih sepakbola di dunia, yang berbaju batik.

”Saya kini mendapat kehormatan untuk menyimpan dan memajang baju batik tersebut di Museum Pasoepati,” jelas Mayor Haristanto yang dikenal sebagai tokoh kreator di Solo yang mendapatkan rekor dunia dari MURI ini.

Bambang Pur