Go Pot Jadi Pelestari Wayang Potehi
Ketua Yayasan Rasa Darma, Harjanto Halim dan Hendrar Prihadi memberikan ang pao sesuai tradisi pentas Wayang Potehi, Kamis (1/10/2020).

SEMARANG (SUARABARU.ID) – 10 matahari putra dewa langit naik melintasi langit menyebabkan malapetaka kerusakan bagi semua makhluk hidup di muka bumi. Bagai bola api besar, 10 matahari tersebut membakar hutan dan membuat manusia mati kelaparan.

Atas malapetaka tersebut, seorang pemuda bernama Hou Yi memutuskan untuk memanah 10 matahari penyebab malapetaka. Hou Yi memanah kesembilan matahari dan menyisakan satu matahari yang lari ketakutan kabur ke langit timur bersembunyi.

Sepotong kisah dari cerita rakyat Tiongkok berjudul Hou Yi sang Pemanah Matahari tersebut dibawakan dalam pentas Wayang Potehi yang dimainkan di Gedung Rasa Darma, Gang Pinggir, Semarang, Kamis (1/10/2020) siang.

Ya, pagelaran wayang asal negeri Tiongkok tersebut dipentaskan kembali setelah beberapa waktu lamanya di Semarang sudah sangat jarang sekali ada pentas Wayang Potehi. Dihadiri oleh segelintir penggemar Wayang Potehi, pentas tersebut juga dihadiri oleh beberapa tokoh masyarakat.

Uniknya, dalam pentas kali ini Wayang Potehi menggunakan mobil pick up sumbangan dari PT Marimas sebagai panggung pementasan. Baik dalang maupun pemain musik pengiring berada di atas mobil yang didesain menjadi panggung portable.

“Dengan adanya panggung yang menempel pada mobil Go Pot(ehi) ini, pementasan wayang potehi jadi lebih mudah digelar dan bisa dilakukan berkeliling dari satu tempat ke tempat lain dengan mudah,” kata Ketua Yayasan Rasa Darma Semarang, Harjanto Halim.

Harjanto berharap, dengan adanya Go Pot ini pentas Wayang Potehi bisa lebih bergairah lagi. Apalagi sekarang ini Wayang Potehi tidak hanya sekedar sebagai sebuah ritual saja, melainkan menjadi seni pertunjukan dengan cerita yang lebih menarik.

“Ini (Go Pot) sebentar lagi pentas ke Sumatra, semoga saja bisa keliling Indonesia. Saya pribadi melihat Potehi ini sebagai akulturasi budaya yang baik, ini tidak hanya sekedar wujud ritual tapi seni budaya, dan yang penting jangan sampai redup,” kata Harjanto.

Sementara itu, salah satu tokoh masyarakat yang diundang dalam acara tersebut, Hendrar Prihadi, mendukung dan mengapresiasi pengembangan kesenian wayang potehi agar lebih mudah dipertunjukkan.

Menurut pria yang biasa disapa Hendi ini, upaya pengembangan kesenian wayang Potehi melalui Go Pot sesuai dengan semangat Semarang Smart City, yang terus mengupayakan berbagai inovasi dalam mendorong kemajuan Kota Semarang.

“Wayang ini merupakan warisan seni budaya yang harus dilestarikan dan diapresiasi. Saya rasa berbagai upaya yang kita lakukan bersama di hari ini menjadi sesuatu yang berharga bagi generasi – generasi kita nanti,” katanya.