blank
Kesenian Rodat yang mulai punah saat diperagakan oleh beberapa anggota grup kesenian Rodat desa Sumber kecamatan Simo kabupaten Boyolali

BOYOLALI, (SUARABARU.ID) – Menjelang Kuliah Kerja Nyata (KKN), Mahasiswa UIN Walisongo dikenalkan kesenian Rodat oleh Dosen Pembimbing Lapangan di desa Sumber kecamatan Simo kabupaten Boyolali Jawa Tengah.

“Pengenalan kesenian Rodat ini diharapkan bisa memberi semangat baru bagi Mahasiswa KKN Reguler Ke-75 Dari Rumah UIN Walisongo, untuk melestarikan budaya disekitar kita,” kata Dosen Pembimbing Lapangan, HM. Alfandi, MAg kepada Sinarjateng.com di Boyolali, Rabu 30 September 2020.

Alfandi mengatakan, Rodat merupakan sebuah kesenian yang ada sejak tahun 1940-an. Rodat sendiri merupakan perpaduan antara sholawatan, tarian, silat, dan musik. Tarian dilakukan sembari melantunkan sholawat dan juga diiringi dengan alat musik berupa Rebana.

Kesenian Rodat sendiri berjaya hingga tahun 1975-an. Namun, setelah tahun tersebut kesenian Rodat mulai tidak diminati lantaran banyaknya hiburan lain yang lebih menarik.

“Seperti inilah grup rodat asal desa Sumber kecamatan Simo kabupaten Boyolali,” ujar Ketua Jurusan KPI Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo itu.

Dikatakan oleh Alfandi, pertunjukan kesenian Rodat digelar dalam sebuah latihan rutinan di desa Sumber sebagai bentuk pelestarian kesenian yang pernah mati tersebut.

“Matinya kesenian Rodat menggugah hati saya untuk membangkitakan kembali kesenian yang pernah mati itu,” ujarnya.

Bersama dengan mahasiswa KKN. Alfandi mengarahkan untuk menjumpai kembali orang-orang yang dulunya memiliki keahlian dalam kesenian rodat di desa Sumber tersebut.

Dari hasil penelusuran itu menghasilakan teks sya’ir kesenian Rodat yang dulunya tidak ditulis. Penulisan sya’ir tersebut bertujuan agar kesenian Rodat bisa dihidupkan kembali.

“Sya’ir yang digunakan dalam kesenian rodat tersebut salah satunya berisi sholawat kepada Nabi Muhammad SAW,” imbuhnya.

 

Hidayat