blank
Ilustrasi Masjid Kuba. Foto : SB/dok

Oleh: Dr KH Muchotob Hamzah MM

blank
Rektor Unsiq Jateng di Wonosobo, Dr KH Mukhotob Hamzah MM. (Foto : SB/dok)

Masjid al-Haram di Makkah (Bakkah), adalah masjid tempat ibadah (kiblat) yang pertama di dunia yang dibangun oleh Nabi Adam AS. (QS.3/96). Di sana ada ka’bah yang berarti menonjol (ka’bun=mata kaki) atau persegi empat.

Masjid dari kata sajada (sujud), artinya tempat untuk sujud. Masjad (dahi), misjadah (sajadah). Rumah Bani Israil di Mesir era Nabi Musa AS. yang dijadikan tempat ibadah juga dinamakan qiblat (QS. 10/87).

Orang sering keliru atau mengkelirukan diri dalam memahami posisi ka’bah di kalangan umat Islam. Ada situs non Islam yang menyatakan bahwa umat Islam menyembah ka’bah pada waktu salat.
Menyembah kotak hitam. Umat Islam juga menyembah 360 arca di sekeliling ka’bah sebelum Fathu Makkah.

Karena pindah kiblat dari Yerusalem ke ka’bah tahun dua hijriyah sedang penghancuran arca yang disembah terjadi pada tahun sepuluh hijriyah. Demikian kata mereka.

Kekeliruannya terletak pada: pertama, tidak ada satu ayat Al-Qur’an atau satu hadits-pun yang memerintahkan atau bahkan memperbolehkan umat Islam menyembah ka’bah.

Kedua, semua ayat dan hadits memandang syirik (menyekutukan Tuhan) menyembah kepada selain Allah SWT.

Ketiga, meskipun ka’bah sangat mulia bagi umat Islam, tetapi tidak semulia darah seorang muslim (HR. Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman dengan sanad hasan). Berarti tidak logis umat Islam menyembah yang tidak lebih mulia yaitu ka’bah.

Keempat, salafus-salih mengajarkan kepada yang mau salat untuk dengan ungkapan “mustaqbilal ka’bati” (menghadap ka’bah), bukan “musta’bidal ka’bati” (menyembah ka’bah).

Kelima, ka’bah dihadapi demi keteraturan arah salat dan jamaah. Bayangkan berjamaah salat jika tidak ada kiblatnya (ka’bah).

Keenam, menghadap ka’bah di kala masih terdapat banyak arca tidak berarti menyembahnya. Kalau hal tersebut dianggap menyembah berarti banyak tempat potensial menerjang arca, kuburan, dan berhala lain.

Masjid Kuba

Misalnya orang yang rumahnya atau masjidnya di sebelah timur candi Borobudur. Apakah ia berarti menyembah arca Budha ketika salat?

Ketujuh, darah seorang muslim lebih terhormat dari dunia yang ka’bah berada di dalamnya (HR. Nasai 7/82, Sahih).

Kedelapan, mencium hajar aswad tidak sama dengan menyembah sebagaimana seseorang mencium sapu tangan milik isterinya di waktu rindu.

Masjid Kuba sebagai masjid perdana di masa Nabi Muhammad SAW tidak memiliki mihrab, mustaka, dan menara. Makanya ada orang Wahabi yang memandang semua Itu sebagai bid’ah.

Tapi masjid sederhana tersebut gaungnya sampai Amerika. Ketika Columbus datang di Amerika, disambut penduduk yang beragama Islam dengan masjidnya, Kuba.

Columbus kaget atas kesopanan warganya yang menjamunya dengan sepenuh kedua tangan. Itulah Kuba yang ibukotanya bernama Hafana (Bahasa Arab=memberi sepenuh dua tangan).

Mihrab adalah tempat imam memimpin salat jamaah. Sebuah tempat yang paling mulia di setiap masjid seluruh dunia.

Mustaka (bahasa Arab=tempat mengadu) adalah benda lurus dan lancip di atas kubah. Ia sebagai lambang penyaluran curhat hamba kepada Khaliknya.

Menara dalam bahasa Arab adalah manaarun (tempat api). Menara seperti yang ada di Makkah-Madinah dan masjid hampir di seluruh jagad adalah mengadopsi budaya majusi yang menyembah api. Apinya di tempatkan pada tataran yang tinggi.

Lalu setelah budaya itu di-Islamkan, diubah fungsikan menjadi tempat adzan. Kemudian setelah loudspeaker sudah membudaya, menara dijadikan tempat speaker penyambung beduk kenthong yang dibid’ahkan sebagian muslim dan diganti dengan sirine yang fungsinya sama juga.

Bedanya kalau bedhug kenthong adalah kuno dan hukumnya bid’ah menurut sebagian muslim, kalau sirine dianggap modern dan hukumnya tidak beda.
Wallaahu A’lam bis-Shawaab!

(Dr KH Muchotob Hamzah MM, Rektor Unsiq Jateng di Wonosobo)