blank
Calon Wakil Bupati Wonosobo Gus Albar ketika memberikan sambutan dalam "Silaturrahmi bersama Komunitas Diniyah". Foto : SB/Muharno Zarka

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Wonosobo dulu di kenal sebagai Kota Santri. Predikat tersebut bahkan tidak saja populer di Wonosobo, tapi sempat menggaung hingga di wilayah Jawa Tengah, Nusantara hingga ke dunia internasional.

“Almaghfurllah KH Muntaha Al Hafidz (Kalibeber), KH Ibrohim (Jawar) dan KH Zaenudin (Tempelsari), merupakan peletak dasar pilar keagamaan di Wonosobo. Tiga ulama besar itu merupakan panutan bagi umat,” kata M Albar.

Calon Wakil Bupati Wonosobo yang akrab disapa Gus Albar tersebut mengatakan hal itu, saat melakukan “Silaturrahmi dengan Komunitas Diniyah Wonosobo,” di Rumah Makan Sari Rasa setempat, Jumat (25/9), malam.

Turut mendampingi Gus Albar, Pembina Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) Wonosobo yang juga anggota Komisi E DPRD Jawa Tengah Akhmad Fadlun SY (Gus Fadlun) dan Ketua Umum FKDT Wonosobo Ngumar Sholeh.

Kini lambat laun, katanya, predikat Kota Santri dan nuansa keagamaan di Wonosobo mulai bergeser. Kondisi tersebut tidak bisa dibiarkan terus-menerus. Harus ada upaya mengembalikan ke citra sebagai daerah basis pesantren dan menghidupkan ghiroh keagamaan terus menggema.

Peran FKDT

blank
Ketua Umum FKDT Wonosobo Ngumar Sholeh dan Pembina FKDT Gus Fadlun ikut mendampingi Calon Wakil Bupati Gus Albar. Foto : SB/Muharno Zarka

Menurut Gus Albar, peran FKDT sangat penting dan strategis dalam ikut membawa kembali Wonosobo sebagai Kota Santri dan mewarnai kehidupan keagamaan di masyarakat lebih gayeng dan semarak lagi. Kaum milenial bisa dikenalkan dengan jejak sejarah kasepuhan Wonosobo sebagai pendiri pondok pesantren.

“Saya kira, ke depan, peran FKDT untuk membantu program pemerintah melakukan peningkatan sumber daya manusia (SDM) perlu diperkuat lagi. Apalagi peran diniyah sangat dominan dalam membina akhlak anak bangsa ini,” cetusnya.

Pihaknya berharap, FKDT tidak harus jadi pelaku politik tapi harus faham politik. Sehingga tetap bisa ikut berpartisipasi dalam menentukan cetak biru pembangunan bidang keagamaan dan pendidikan di pemerintah daerah. Pemerintah butuh keterlibatan FKDT dalam memutuskan setiap kebijakan.

“Dalam visi-missi Sesarengan Membangun Harapan Baru, Wonosobo Maju, Pemkab Wonosobo akan mendesain program kecakapan hidup bagi kalangan santri dan guru ngaji. Itu sudah jadi domain yang akan dilaksanakan bersama-sama antara FKDT dan pemerintah,” cetusnya.

Pembina FKDT Wonosobo Gus Fadlun menyatakan nasbul imamah (memilih pemimpin) itu wajib hukumnya bagi umat Islam. Karena itu, santri dan guru ngaji harus ikut terlibat dalam menentukan pemimpin Wonosobo lima tahun ke depan.

Muharno Zarka-Wahyu