blank
Belajar bersama. Foto: dok/kemendikbud

Oleh: Nila Ubaidah SPd MPd

blankDI tengah masa pandemi covid-19 saat ini yang sudah berlangsung enam bulan lamanya, terkadang menimbulkan rasa bosan dan kejenuhan, saat anak-anak harus berdiam diri di rumah dan melakukan segala aktivitas belajar dari rumah.

Hal ini tentunya bisa kita siasati dengan tetap mengontrol daya nalar dan daya ingat kita, dengan membawa anak-anak akan pentingnya literasi dan numerasi, agar terhindar dari rasa jenuh dan bosan, serta dapat meningkatkan kecerdasan generasi kita.

Di era revolusi Industri 4.0 seperti sekarang ini, keterampilan literasi merupakan sebuah kebutuhan yang sangat mendesak dan perlu dimiliki oleh siapa pun, untuk dapat bersaing secara global, terutama bagi anak-anak didik kita sebagai penerus bangsa.

Keterampilan Literasi Numerasi merupakan salah satu dari enam dasar dari Panduan Gerakan Literasi Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Numerasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengaplikasikan konsep bilangan dan keterampilan operasi hitung di dalam kehidupan sehari-hari.

Misalnya: di rumah, di dunia kerja, dan partisipasi dalam kehidupan masyarakat dan sebagai warga negara. Kemampuan Literasi Numerasi juga dapat digunakan untuk menginterpretasi informasi kuantitatif yang terdapat di sekeliling kita. Menggunakan berbagai macam angka dan simbol-simbol yang terkait dengan matematika dasar, untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari.

Kemampuan ini juga merujuk pada apresiasi dan pemahaman informasi yang dinyatakan secara matematis, misalnya: grafik, bagan, dan tabel. Aplikasi Literasi Numerasi bagi anak-anak agar tetap bisa bahagia belajar sambil bermain, terkait konsep bilangan dan keterampilan operasi hitung di dalam kehidupan sehari-hari.

Unsur Matematika
secara langsung salah satunya pada permainan tradisional, misalnya karetan. Karetan adalah sebuah permainan yang dimainkan dua orang atau lebih (satu orang sebagai penjaga, sedangkan yang lainnya sebaga pelempar), dengan melempar gelang karet agar masuk ke lidi atau paku yang sudah ditancapkan di tanah.

Penjaga diambil dari orang yang mendapatkan poin tertinggi. Poin tertinggi bisa dilihat dari gelang karet yang masuk ke lidi/paku dengan total terbanyak. Selanjutnya, permainan bisa dimulai. Apabila ada pelempar yang berhasil memasukan gelang karet miliknya ke lidi/paku, maka penjaga harus memberikan gelang karetnya sesuai total jumlah gelang karet dengan menggunakan perhitungan seperti sebelumnya. Dan pelempar tersebut menggantikan penjaga, sedangkan penjaga berganti peran sebagai pelempar.

Permainan akan selesai jika para pemain kehabisan gelang karetnya, dan menyisakan satu pemain sebagai pemenang, atau pemenang adalah orang yang memiliki gelang karet terbanyak. Setelah itu, pemenang akan mendapat hadiah.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan, bahwa permainan karetan di dalamnya mengandung unsur matematika, yaitu terkait operasi hitung penjumlahan dan perkalian maupun kelipatan dari 1-7.

Dengan menerapkan pembelajaran matematika seperti ini di rumah, semoga bisa memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk menemukan kembali dan mengontruksi konsep-konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari di rumah, tanpa rasa malas dan takut akan angka-angka dan perhitungan rumit dalam pelajaran matematika. Sehingga mampu meningkatkan kemampuan Literasi Numerasi, dan berpikir serta menguatkan pemahamannya tentang pembelajaran matematika yang menyenangkan, kreatif, inovatif, dan berjiwa sosial dengan menggunakan segala potensi yang ada di daerahnya.

Nila Ubaidah SPd MPd, Prodi Pendidikan Matematika FKIP Unissula