blank
Anggota Polres Wonosobo membeli sayuran dari petani untuk disumbangkan pada warga yang membutuhka. Foto : SB/Muharno Zarka

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Merosotnya harga produk pertanian lokal di Wonosobo direspon Pemab setempat dengan menerbitkan Surat Edaran (SE) Bupati No : 510/190/2020.

Dalam SE yang ditandatangani Bupati Eko Purnomo pada 18 September 2020 tersebut, Pemkab Wonosobo berkomitmen untuk membantu petani, dengan membeli hasil panen petani, terutama jenis sayuran dan buah-buahan.

Hasil pertanian yang telah dibeli dari petani kemudian dipasarkan ke para ASN/pegawai di organisasi perangkat daerah (OPD) serta jajaran TNI dan Polri, melalui Koperasi di instansi pemerintah/TNI/Polri yang ada di Wonosobo.

“Teknis pembelian hasil pertanian lokal akan melalui Koperasi Dharma Praja, Koperasi Primkop Kartika Kodim 0707, dan Primkopol Tri Sakti Polres Wonosobo, dengan harga wajar, sehingga tidak menimbulkan kerugian pada para petani,” terang Sekretaris Daerah One Andang Wardoyo, Selasa (21/9).

Kebijakan yang tertuang dalam SE Bupati tentang Bela Beli Produk Pertanian Wonosobo Sebagai Upaya Pemulihan Ekonomi di tengah pandemi Covid- 19 tersebut, diharapkan mampu menggairahkan sektor pertanian agar tetap bertahan menghadapi masa prihatin akibat wabah virus Corona.

Dibiarkan Busuk

blank
Sekda Wonosobo, One Andang Wardoyo. Foto : SB/Muharno Zarka

Implementasi di lapangan, seperti diterangkan Andang, nantinya setiap koperasi yang telah ditunjuk akan melakukan pembelian produk hasil pertanian lokal melalui dana Corporate Social Responsibility (CSR), selanjutnya didistribusikan ke ASN dan personel TNI-Polri dengan sistem paket, seharga minimal Rp 10 ribu.

“Harga jual dari Koperasi akan sama dengan harga beli di petani, sehingga penjualan ini memang tanpa laba alias non profit. Kebijakan tersebut ditempuh untuk membantu petani agar tidak mengalami kerugian yang terlalu besar,” tegasnya.

Seperti telah luas diberitakan, hasil-hasil pertanian di Wonosobo beberapa waktu terakhir jatuh harga ke titik terendah, hingga banyak petani memilih membiarkan panennya membusuk di ladang.

Sebagai contoh, harga komoditas sayuran para petani area Buntu Kejajar, untuk kubis harga perkilogram hanya Rp 200- Rp 500, sementara cabai hijau hanya Rp 5.000 dan cabai merah Rp 7.000. Biasanya, cabe rawit hijau di kondisi normal perkilogram Rp 9000-Rp 10.000.

Seledri yang harga biasanya Rp 7.000 juga jatuh hingga hanya Rp 2000. Sedang labu siam (jipang) sebesar Rp 200-Rp 500 dari harga wajarnya Rp1.000 –5 Rp1.500.

Menurut petani harga tersebut bahkan tidak cukup sekadar untuk memanen kemudian membawa hasil tani ke rumah. “Selain harga murah, barangnya nggak ada yang mau beli,” ucap Syarif (40), petani asal Desa Buntu Kejajar.

Muharno Zarka-Wahyu