blank
Ketua LPBI PCNU Kebumen Muhsinun mengunjungi Ponpes Al Istiqomah diterima salah satu pengasuh KH Ali Muin.(Foto:SB/Ist)

KEBUMEN (SUARABARU.ID) – Sebanyak 45 santri Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Hidayah Desa  Bandung, Kecamatan Kebumen, dan tujuh warga sekitar poopes dinyatakan positif Covid-19.

Sehubungan dengan KLB Covid-19 tersebut Wakil Bupati Kebumen Arif Sugiyanto bersama pimpinan PCNU dan BPBD Kebumen telah mengunjungi Ponpes Nurul Hidayah yang berlokasi di sebelah timur pusat kota Kebumen itu. Saat ini para santri telah dirawat di RSUD Kebumen. Sebelumnya mereka menjalani swab di RS Darurat Covid-19 di Kelurahan Panjer.

Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) PCNU Kebumen Muhsinun mengaku prihatin atas adanya klaster baru di ponpes. Sebelumnya pihaknya juga telah membantu vitamin, beras dan makanan ringan untuk Ponpes Al Istiqomah, Desa Tanjungsari, Kecamatan Petanahan. Di Ponpes itu sebanyak 8 santri pelajar juga dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19 dan telah dirawat.

Menanggapi makin tingginya kasus Covid-19 di Kebumen, baik dari ponpes maupun di perumahan, Muhsinun pun mengajak masyarakat tidak boleh abai terhadap protokol kesehatan. Lebih khusus kepada pesantren. Mengingat kehidupannya bersifat komunal maka harus betul-betul disadari bersama bahwa bahaya covid jika sampai 1 orang suspect/tertular, maka akan cepat menyebar ke yang lainnya.

Untuk itu penting bagi kiai dan ustad serta para santri menggunakan masker guna saling melindungi dan menjaga. Selain itu, pesantren perlu menerapkan SOP Covid-19 di lingkup pesantren, termasuk membatasi akses dari luar pesantren “jogo santri” perlu diaplikasikan.”Lebih baik mencegah dari pada mengobati,”jelas pria yang juga pengurus PMI Kebumen Bidang Penanggulangan Bencana dan Relawan itu.

Menurut Muhsinun, ponpes mestinya lebih sigap karena punya dasar religiusitas yang tinggi. Selain itu, aplikasi dari prinsip “thaharah” kebersihan sebagian dari iman bisa diterapkan dan hal tersebut semestinya dipraktekkan di pesantren sehingga menjadi budaya.

Komper Wardopo