blank
Anggota Komisi E DPRD Jateng saat menyampaikan gagasannya terkait pembangunan desa wisata di Kudus. foto:Suarabaru.id

KUDUS (SUARABARU.ID) – Desa wisata di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, didorong untuk melakukan pengembangan desanya dengan kekuatan lokal sehingga ada rasa kepemilikan semua masyarakat desa agar upaya pengembangannya lebih mudah, ketimbang harus menggantungkan bantuan dari pemerintah.

“Masyarakat desanya harus dipupuk semangatnya memajukan desanya, kemudian dilakukan identifikikasi keunggulan desanya mulai dari sisi ekonomi hingga budayanya,” kata Peneliti Senior Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Jateng Mursyid Zuhri saat menjadi pembicara di Forum Diskusi Aktual (FDA) dengan tema “Optimalisasi Desa Wisata dalam Pembangunan Desa” di Balai Desa Jepang, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, Jumat (11/9).

Hadir sebagai pembicara pada acara tersebut, Anggota DPRD Provinsi Jateng, H Mawahib dan Dosen IAIN Kudus Abdul Jalil.

Menurut dia masyarakat memang perlu diberdayakan, terlebih di masa pandemi banyak pekerja dari kota besar yang kembali ke kampung halamannya.

“Mau tidak mau, desa harus mengelola semua potensi yang ada mulai dari pariwisata, industrinya hingga pertaniannya agar bisa memperoleh penghasilan untuk bisa tetap eksis,” ujarnya.

Untuk desa wisata sendiri, lanjut dia, memang ada program bantuan, namun pengajuannya tentu melalui mekanisme yang ada.

Di antaranya, mulai dari kabupaten, hingga tingkat daerah maupun pusat.

“Jika memang pemerintah kabupaten atau provinsi sudah mampu menanganinya, tentu menggunakan dana yang dimiliki pemerintah daerah untuk pengembangan satu atau dua desa wisata,” ujarnya.

Menurut dia dana desa di pusat berlaku untuk infrastruktur, termasuk mengembangkan pemberdayaan desa, punya kreativitas mengembangkan desanya, dan mengidentifikasinya agar bisa dikembangkan sehingga menjadi desa mandiri.

Sementara itu, Anggota DPRD Provinsi Jateng Mawahib mengungkapkan pemerintah desa memang didorong untuk mengembangkan potensi yang ada, terutama desa yang sudah memiliki potensi wisatanya.

“Tentunya bisa dieksplorasi potensi yang ada, sedangkan dukungan anggaran tentunya ada. Akan tetapi, yang pertama kali memberikan dukungan penganggaran dari pemerintah desanya sendiri,” ujarnya.

Terlebih lagi, kata dia, pada masa pandemi dibutuhkan upaya yang lebih keras untuk memacu perekonomian desa setempat agar warganya tetap berpenghasilan.

Pemerhati budaya dari IAIN Kudus Abdul Jalil menambahkan bahwa untuk mengembangkan potensi desa memang perlu persiapan dan perencanaan, terutama dalam menggali potensi desanya.

“Gali data potensi wisata secara detail agar wisatawan tertarik, termasuk nilai lebih yang bisa ditawarkan kepada masyarakat luas,” ujarnya.

Ia mencontohkan pengembangna potensi wisata di Desa Jepang yang memiliki keunggulan di bidang kerajinan bambu, tentunya bisa dimulai dari hal kecil namun menarik.

Di antaranya, dengan memperbanyak jenis tanaman bambu agar menjadi daya tarik wisatawan sehingga di wilayah desa setempat benar-benar menjadi sentra bambu, kemudian baru dikembangkan untuk kuliner maupun kerajinannya.

Ant-Tm