blank
Ganjar Pranowo dan Taj Yasin Maiomen. Foto: hery priyono

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Tepat dua tahun atau sejak 5 September 2018, pasangan Gubernur Ganjar Pranowo dan Wakil Gubernur Taj Yasin Maimoen, memimpin Jawa Tengah. Selama itu pula tak ada persoalan di antara keduanya, bahkan terlihat selalu kompak dan harmonis.

Ada satu rahasia yang selama ini mereka berdua jalani, yakni komunikasi. Ganjar dan Taj Yasin selalu berupaya menyatukan beragam ide dan gagasan, untuk tujuan yang sama, yakni merawat persatuan Jateng, memajukan pembangunan daerah, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan bergotong-royong mengentaskan kemiskinan.

”Saya senang berkolaborasi dengan Pak Ganjar. Selama ini ketika ada persoalan selalu mengajak diskusi bersama. Beliau mengajarkan kepada saya, apa yang ada dalam pikiran kita belum tentu bisa menjadi keputusan bersama,” ujar Wakil Gubernur Taj Yasin Maimoen di Semarang, Sabtu (5/9/2020).

BACA JUGA : Harga Anjlok, Ganjar Perintahkan ASN Borong Sayur Petani Agar Tak Merugi

Selama dua tahun kepemimpinan Ganjar-Yasin, putra ulama kharismatik almarhum KH Maimoen Zubair ini mengaku, adanya perbedaan pendapat dan percikan-percikan di antara dua pribadi dengan latar belakang yang tidak sama. Namun Ganjar-Yasin selali berusaha menyikapi dengan bijak, sehingga memunculkan solusi. Yang ibarat sebuah perkawinan atau rumah tangga, tidak mungkin tanpa ada persoalan.

Namun pasangan nasionalis-religius ini senantiasa menjaga komunikasi dengan baik. Mengedepankan musyawarah, berdiskusi, serta saling silaturahim. Sebuah pemerintahan tidak akan berjalan dengan baik, jika para pemimpinnya tidak mau mendengarkan masukan dari pihak lain.

”Kolaborasi Ganjar-Yasin ini merupakan pasangan nasionalis-religius. Kami saling berbagi tugas, bagaimana berkolaborasi bagaimana mensikronkan masyarakat nasionalis dan religius,” kata dia lagi.

Dalam berbagi tugas dia mencontohkan, program-program yang berkaitan dengan bidang keagamaan, diserahkan wakil gubernur yang berlatar belakang santri. Seperti pemberian insentif kepada guru agama dan Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDa) untuk siswa Madrasah Aliyah.

”Sedangkan program menyangkut kebijakan mamajukan ekonomi masyarakat, pariwisata, serta sinkronisasi antara organisasi perangkat daerah (OPD) ditangani gubernur,” imbuhnya.

blank
Ganjar Pranowo dan Taj Yasin Maiomen. Foto: hery priyono

Lebih Berpengalaman
Untuk penanganan kemiskinan di Jateng, lanjutnya, menjadi pekerjaan rumah bersama. Lalu munculah program Satu OPD Satu Desa Dampingan yang digulirkan Pemprov Jateng, untuk menangani kemiskinan terutama di 14 kabupaten yang masuk zona merah miskin. Melalui gotong royong berbagai pihak, pada 2019 Jawa Tengah menjadi provinsi dengan penurunan jumlah penduduk miskin tertinggi se-Indonesia.

Sementara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebanyak tujuh persen, Pemprov Jateng terus menggenjot berbagai potensi ekonomi. Di antaranya pembangunan kawasan industri di sejumlah daerah strategis, seperti Kawasan Industri Kendal, Kawasan Industri Brebes dan Kota Semarang, serta mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

”Kami terus mengenjot ekonomi daerah, salah satunya mendongkrak UMKM. Terlebih di masa pandemi covid-19 seperti sekarang, sektor UMKM menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekonomi. Termasuk pengembangan UMKM di lingkungan pesantren,” bebernya.

Di sisi lain, Ganjar Pranowo yang lebih berpengalaman di pemerintahan, tidak mau mendominasi sendiri dalam memutuskan kebijakan. Diakuinya, Ganjar selalu mengajak diskusi dengan Taj Yasin. Begitu pun Taj Yasin menyadari posisinya, baik sebagai wakil maupun sebagai junior yang harus banyak menimba ilmu pada Ganjar.

Seperti diketahui, Taj Yasin lahir di Kabupaten Rembang, pada 2 Juli 1983 silam. Dia mengawali karier politiknya pada 2014 sebagai anggota DPRD Provinsi Jateng, dan kemudian bersama Ganjar terpilih menjadi pasangan gubernur dan wakil gubernur.

Hery Priyono-Riyan