blank
Ilustrasi. Foto: dok penulis

blank

Di desa saya, ada pinisepuh yang usianya sudah 90 tahun. Namun beliau masih mampu membaca tanpa kacamata, bahkan jika anak dan cucunya kesulitan memasukkan benang ke lobang jarum, beliau yang diminta membantunya. Ketika ditanya rahasia sehatnya? Dijawab, “Setiap selesai salat, saya merutinkan membaca Asmak Sambung Nyawa.”

Pernah suatu saat  ketika musim hujan dan angin, saya membaca amalan itu  dengan tanpa hitungan, dengan harapan agar tetap fit. Ajaibnya, tepatnya malam Jumat, kedua mata  saya yang sudah plus dan  harus berkacamata saat di depan layar komputer, tiba-tiba pandangan mata saya kabur. Ketika kacamata saya lepas, justru tampak jelas. Begitu juga saat membaca buku.

Ini mengingatkan kisah Kiai Sepuh berusia 120 tahun yang masih merutinkan doa itu dengan maksud menambah bekal ibadahnya. Namun melalui mimpi, beliau dinasihati untuk berhenti mengamalkannya karena malaikat maut tidak mau mendekatinya.

Yang dimaksud Asmak Sambung Nyawa itu dikalangan ahli hikmah adalah akhir Surah At-Taubah yang jika dibaca secara istikamah, berarti dia tidak akan mati karena malaikat maut tak mau mendekat? Namun jika ketentuan ajal itu sudah mencapai batas maksimalnya, maka Dia menciptakan sebab yang menjadikan orang itu lupa dengan amalannya.

Pernah ada kisah orang yang semula merutinkan amalan ini, saat dia sedang sakit dan tidak mampu mengamalkannya, karena tiba-tiba dia lupa bacaannya, dan berkata pada keluarganya, dalam waktu dekat sudah akan dipanggil-Nya.

Inilah yang kemudian menjadi “ilmu titen” bagi pengamal amalan ini bahwa kejadian (lupa) itu sebagai  sinyal akan segera dipanggil-Nya, sehingga dia lebih mempersiapkan diri dengan memperbanyak ingat (zikir) kepada-Nya sekaligus berwasiat kepada keluarganya.

Bagian akhir surat At-Taubah itu oleh kalangan pelaku spiritual, disebut dengan istilah yang berbeda-beda, di antaranya, Asmak  Teguh Alot, Payung Allah, Kurung Malaikat, Salamullah Nur Ilahi, Tawakalan Ahad, Sapu Jagad, Cakra Angin, Lembu Sekilan, Kudung Rasul,  Sambung Nyawa, Pamungkas, dsb.

Sehat dan Hemat

Lima tahun lalu ada kepala koki rumah makan yang sakit parah dan disarankan pasang ring pada jantungnya, dan untuk itu dia harus menyiapkan Rp 50 juta. Karena tak ada biaya, dia lalu amalkan amalan itu disertai puasa Senin-Kamis, dan setiap salat dibaca tujuh kali. Setelah tiga bulan, jantungnya sembuh.

Seorang ahli hikmah mengatakan, Asmak Sambung Nyawa  itu nilainya setaraf  nyawa manusia. Mengapa? Orang yang istikamah mengamalkannya, insya Allah diberi keselamatan dari bahaya (terjaga dari celaka)  dan insya Allah tidak didekati penyakit seumur hidup.

Ada kisah unik berkaitan amalan ini. Seorang guru hikmah disaat demam diajak anaknya ke dokter. Aslinya, dia takut suntik, namun karena menghargai keinginan anaknya, dia mengikuti. Saat mau disuntik, dokternya bertanya, “Mbah jarumnya pilih yang besar atau yang kecil? Dia menjawab pilih yang mempan. Dan begitu disuntik, jarumnya bengkok.

Hal seperti itu tentu bukan kesengajaan, dan juga bukan tujuan untuk kebal. Keajaiban ilmu itu sering muncul walau tanpa dikehendaki oleh pelakunya. Karena tujuan dari amalan yang dirutinkan itu untuk mohon pertolongan. Soal muncul  keajaiban, semua itu terjadi atas kehendak-Nya, karena ilmu (wirid, asma’, aurad)  itu bersandar pada sikap tawakal yang berbonus pertolongan-Nya.

Konsep Universial

Menurut Mas Bagus Octa, hipnoterapis asal Tegal yang juga pelaku di bidang spiritual, antara konsep lama dengan konsep modern itu ada korelasinya. Suatu ajian atau amalan yang diajarkan oleh sosok guru itu sangat berperan dalam menanamkan sugesti pada pelaku ilmu dan mereka yang berada di sekitarnya.

Untuk itu, para guru perlu menyesuaikan dengan mayoritas klien yang memanfaatkan jasanya.  Misalnya, jika dia lebih sering berhadapan dengan masyarakat menengah kebawah, dia perlu berpenampilan unik, nyleneh, seram, berpakaian serba hitam, cincin berakik  besar, gelang akar, kalung berliontin gigi macan.

Sebaliknya pada masyarakat yang agamis, dia perlu berpenampilan agamis, berjubah, surban, memegang tasbih. Termasuk ruang praktik pun perlu aksesoris yang sesuai dengan “kelas”-nya. Intinya, semua itu tergantung pada segmen mana dia bermain.

Dari sudut pandang hipnosis, cara itu agar gerbang pikiran bawah sadar menjadi lebih mudah terbuka ketika para klien berhadapan dengan sosok figur otoritas. Karena nama besar, kostum, kisah kehebatan, menyebabkan murid atau klien lebih hormat hingga petuahnya mudah masuk pikiran bawah sadar.

Mengolah sisi batin melalui puasa, tapa, semedi, termasuk bentuk pengondisian pikiran. Dalam konsep hipnosis, sebelum memasukkan sugesti, subjek digiring memasuki kondisi gelombang otak alpha. Kondisi otak pada gelombang alpha disaat olah batin (puasa, wirid)  dalam waktu lama menyebabkan power bertambah.

Dalam hipnosis dikenal teknik sugesti dan afirmasi, sedangkan dalam konsep ngelmu ada istilah mantra yang terkadang dengan bahasa “aneh” dan tidak jelas  maknanya dan ada juga mantra yang dibaca pada waktu tertentu, saat bulan purnama, dan sebagainya.

Mantra adalah self hypnosis atau afirmasi untuk menegaskan program batin si pelaku. Mantra, biasanya dengan bahasa kias yang hiperbolik dan unik, misalnya,  “Sakdurunge Allah gawe bumi pitu langit pitu, Allah nurunake lafal Alif kang temurun ana ing tengahe jagad. Rep sirep saking kersane Allah…” dan seterusnya.

Pelafalan mantra dalam kondisi pikiran Alpha adalah  kombinasi terbaik  dalam proses “reprogramming” pikiran bawah sadar, hingga pelaku menjadi pribadi baru yang memiliki daya linuwih, lebih percaya diri, berani, kuat, karismatik, dan sebagainya.

Untuk memiliki ilmu kesaktian, pengasihan, wibawa, pengobatan,  lazimnya melalui tirakat:  Puasa, ngasrep, ngrowot, ngebleng, tapa kungkum, bisu, bahkan dengan tapa ngedan.

Masruri, praktisi dan konsultan metafisika tinggal di Sirahan, Cluwak, Pati