blank
Maudy Ayunda

JAKARTA, (SUARABARU.ID) – Kemerdekaan Indonesia secara kolektif telah dicapai 75 tahun lalu, tapi bukan artinya perjuangan masyarakat sudah selesai, tutur penyanyi Maudy Ayunda.

Aktris “Perahu Kertas” dan “Habibie & Ainun 3” mengatakan kepada ANTARA bahwa saat ini masih banyak tugas yang harus dilakukan masyarakat untuk membantu kemerdekaan perorangan setelah kemerdekaan kolektif terwujud.

“Bentuknya bisa mandiri finansial, keadilan antar individu, semua orang bisa mendapatkan pendidikan untuk bisa merdeka secara pemikiran,” ujar aktris yang kuliah di Oxford, Inggris dan Stanford, Amerika Serikat.

Itulah mengapa, dia berpendapat perjuangan masyarakat Indonesia sama sekali belum selesai.

“Walau sudah merdeka, kita harus perjuangkan kemerdekaan setiap orang Indonesia, dan itu berbeda lagi (dengan kemerdekaan 75 tahun lalu).”

Bagi Maudy, merdeka adalah sebuah kebebasan dan kemandirian. 17 Agustus selalu mengingatkannya untuk senantiasa berterima kasih dan menghargai perjuangan serta perjalanan para pahlawan sehingga warga Indonesia bisa menikmati hari ini.

“Hari ini adalah hasil kerja keras banyak orang, bukan cuma satu orang, ini hasil kerja semua pendahulu kita yang telah melewati banyak hal,” kata dia.

Selain itu, Maudy Ayunda juga menyatakan rasa rindunya untuk mengikuti perlombaan yang biasanyan dihelat pada 17 Agustus.

“Aku suka banget karena memang suka sama kerupuk, adikku juga suka. Kalau kita makan kerupuk jadi kompetitif banget,” kata Maudy.

Aktris dan penyanyi 25 tahun ini rajin mengikuti lomba untuk merayakan hari kemerdekaan Republik Indonesia saat kecil, baik itu di komplek perumahan tempat tinggalnya atau di sekolah.

Pemeran dalam film “Habibie & Ainun 3” serta “Trinity Traveler” mengenang, mengikuti berbagai perlombaan yang seru kala itu membangun rasa kebersamaan bersama teman-temannya.

Penyanyi yang menempuh pendidikan di Stanford, Amerika Serikat ini berencana merayakan 75 tahun kemerdekaan Indonesia dengan makan malam bersama bersama keluarganya di rumah.

Tapi makan malam yang dia bayangkan bukan sekadar mengenyangkan perut bersama orang tercinta, tapi diwarnai juga dengan diskusi hangat.

Ant-Wahyu