blank
SD 1 Barongan Kudus. foto:dok/Suarabaru.id

KUDUS (SUARABARU.ID) – Semua guru di Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Barongan, Kabupaten Kudus, diminta menjalani isolasi mandiri, menyusul meninggalnya salah satu guru di sekolah tersebut akibat terpapar virus corona.

“Mulai hari ini (13/8), semua guru di SDN 1 Barongan, Kecamatan Kota, Kudus, memang tidak lagi masuk sekolah. Bagi yang pernah kontak erat dengan guru yang meninggal diminta menjalani isolasi mandiri selama 14 hari,” kata Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga Pemkab Kudus Harjuna Widodo melalui Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dian Vitayani, Kamis (13/8).

Sementara penelusuran kontak erat dengan guru yang terpapar corona, kata dia, diserahkan kepada Tim Gugus Tugas COVID-19 Kudus, termasuk kebijakan apakah guru di SDN 1 Barongan harus menjalani tes usap tenggorokan atau tidak.

Ia mengakui guru berinisial “Ms” tersebut, memang mengajar di SDN 1 Barongan dan setelah mengalami sakit memang tidak lagi masuk sekolah.

Selama pandemi, kata dia, siswa memang mengikuti proses belajar mengajar dari rumah, sedangkan guru tetap masuk sekolah, termasuk almarhum Ms.

Meskipun sedang isolasi mandiri di rumah, kata dia, guru tetap diminta melaksanakan tugas mengajar secara daring.

Diperkirakan, kata dia, almarhum tidak lagi masuk sekolah sejak 5 Agustus 2020, kemudian hasil tes usap tenggorokan dinyatakan positif COVID-19 dan pada Rabu (12/8) meninggal dunia.

“Mudah-mudahan, tidak sampai menular ke guru yang lain, termasuk adanya siswa yang masuk pekan ini dipastikan juga tidak ada kontak dengan guru tersebut karena tidak masuk sekolah sejak 5 Agustus 2020,” ujarnya.

Sebelumnya, lanjut dia, sudah dilakukan penyemprotan cairan disinfektan di semua ruangan guru maupun ruang kelas sebagai upaya sterilisasi.

Guru yang terpapar COVID-19 tersebut, diketahui mulai menjalani rawat inap pada 8 Agustus 2020 dengan keluhan sesak nafas, demam serta sejumlah keluhan penyakit lainnya, sehingga meninggalnya juga disertai dengan penyakit bawaan.

Kepala SDN 1 Barongan Maskat membenarkan adanya salah satu guru yang meninggal dengan hasil tes usap tenggorokan positif COVID-19.

“Semua guru menjalani isolasi mandiri di rumah selama 14 hari. Beberapa di antaranya sudah menjalani tes usap tenggorokan,” ujarnya.

Terkait dengan sejumlah siswa diminta masuk sekolah, kata dia, memang dibenarkan, mereka masuk pada Selasa (11/8) untuk melakukan cap tiga jari.

Ant-Tm