blank
Sinta Maulia, bersama seorang warga desa dengan bibit tanaman obat yang akan dikembangkan.

JEPARA,(SUARABARU.ID) – Kebiasaan bercocok tanam belakangan menjadi tren di kalangan masyarakat di tengah Pandemi Covid-19. Potensi ini dimanfaatkan oleh salah satu mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang , Sinta Maulia, dalam rangka pemberdayaan masyarakat Desa Bangsri RT 04 RW 16, Jepara.

Dengan dosen pembimbing Dr. rer,nat Thomas Triadi Putranto, S.T., M.Eng, Sintia  mencoba mengembangkan Tanaman Obat Keluarga (TOGA). Ia memilih mengembangkan  tanaman obat  mengingat turunnya pendapatan ekonomi warga karena terdampak Covid-19.

Sementara warga kondisinya harus tetap sehat agar memiliki daya imunitas  yang kuat. “Warga juga harus dijaga  tetap sehat agar dapat menekan    biaya pengobatan,” ujar Sintia Maulia.

Inisiasi penanaman TOGA didukung penuh ketua RT setempat, Hadi. Menurutnya, program penanaman TOGA dapat bermanfaat bagi warga desa. “Program penanaman obat keluarga  tersebut bagus dikembangkan, agar warga  tidak bosan di rumah dan bisa juga dimanfaatkan hasilnya,” ungkapnya saat ditemui di rumahnya.

Pelaksanaan program dilakukan dalam 2 minggu dengan target 10 keluarga. Kegiatan ini juga didasari atas luasnya lahan masyarakat yang belum termanfaatkan secara maksimal. “Lahan masyarakat kan banyak yang luas, biar tidak kosong lahannya,” tambah Hadi.

Tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan TOGA beraneka macam, diantaranya empon-empon, lidah buaya, tanaman binahong, patikan kebo, sirih cina, awar-awar, buah naga, kemangi, dan seledri. Sumber bahan mudah ditemukan dan biasanya tumbuh liar di kebun. Metode penanaman hanya membutuhkan media tanah dan pupuk kandang sehingga mudah ditanam sendiri oleh individu.

Sementara itu, salah satu warga Desa Bangsri RT 04 RW 16, Anisa Mariana, menilai positif pelaksanaan program penanaman TOGA. Menurutnya, halaman rumah dapat teroptimalkan dan menjadi asri. “Halaman rumah enak dipandang, jadi segar ada hijau-hijau an,” ujar Anisa.

Hadepe – SM

blank

blank

blank