blank
Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi menegaskan, semua pihak kini harus beradaptasi dan berdamai dengan Pandemi Covid-19. Langkah tersebut  sebagai pilihan terbaik. Semuanya harus beradaptasi termasuk dunia pendidikan madrasah dan pesantren dalam proses pembelajaran.

“Di tengah adaptasi kebiasaan baru ini, pendidikan madrasah dan pesantren pun dituntut untuk mampu berkreasi dan produktif agar tidak tertinggal oleh dinamika keadaan yang berjalan serba cepat,” tegasnya, ketika berkunjung ke Madrasah Tsnawiyah (Mts) Negeri 1 Semarang, di Jalan Ketileng Raya, Semarang, Minggu (9/8/2020).

Dalam dalam kunjungannya Wamenag didampingi Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan dan Kesiswaaan (KSKK) Kemenag Pusat Dr Umar, Kepala Kanwil Kemenag Jawa Tengah Dr Musta’in Ahmad, Kepala Kantor Kemenag Kota Semarang Drs Muhdi M.Ag beserta jajaran pejabat Kemenag lainnya.

Ketika menyampaikan pengarahan kepada jajaran Mts N 1 Semarang serta pejabat yang hadir, Wamenag memotivasi agar madrasah memiliki optimisme tinggi dan produktif dalam menghadapi proses pengajaran. Optimisme dan semangat berproduktiv agar dijadikan kiat untuk mencari keberkahan dari musibah Covid.

“Kita harus mampu berkreativitas. Salah satu bentuknya migrasi pembelajaran dari konvensional ke digital sebagai jawaban yang tepat,” tegasnya, sembari memberi respons tinggi atas laporan Kepala Mts Negheri 1 Semarang, Drs H Asroni, MAg, dalam menyiapkan alternatif pembelajaran tatap muka di Mts tersebut.

Ditegaskan, pembelajaran secara virtual dan alternatif tatap muka saat ini dinilai sebagai proses inovasi, agar pembelajaran tidak berhenti.

“Semua juga tidak ada yang dapat meramal hingga kapan Pandemi Covid-19 akan berakhir,” tegas mantan Waketum MUI Pusat ini.

Wamenag menyampaikan terima kasih kepada Direkrur KSKK Dr Umar, yang dinilai berhasil melakukan inovasi-inovasi dalam proses keberlangsungan pendidikan di madrasah di era pandemi ini, hingga prestasi madrasah di Tanah Air saat ini kian meroket.

Inovasi virtual, lanjutnya, juga mewabah di tengah masyarakat. Pengajian emak-emak pun marak memakai zoom. Tukang sayur juga menawarkan dagangan dengan online. Para ustadz marak mengisi pengajian dengan virtual. Semua elemen masyarakat dipaksa harus beradaptasi dengan kenormalan baru, kalau ingin ketinggalan.

Pesantren pun kini mulai membuka kembali proses pembelajarannya, sehingga para santri berduyun kembali ke pondok. Di era Pandemi ini, ada pesantren yang ketat menerapkan protokoler kesehatan misalnya satu kamar diisi 2-4 santri, namun banyak pula satu kamar diisi hingga 20 santri karena keterbatasan fasilitas kamar.

“Namun secara umum santri kembali menyantri dinilai lebih aman dari serangan Civid daripada mereka di luar pesantren. Maka banyak orang tua yang gembira ketika pesantren kembali dibuka untyuk belajar santri,” kata Wamenag.

Riyan/Sol