blank
Selain di atas dat atap rumah penduduk, salah satu kesenian yakni Beksan Wanara Arga pentas di atas sebuah ladang yang ditanami onclang ( daung bawang). Foto: Suarabaru.Id/ Yon

MAGELANG (SUARABARU.ID) – Pelaksanaan Festival Lima Gunung yang diselenggarakan para petani seniman yang tinggal di kawasan lima gunung di Kabupaten Magelang tahun, merupakan yang paling sederhana dan singkat.

Festival Lima Gunung yang berlangsung Minggu, 9 Agustus 2020 ini yang memasuki  tahun ke-19. Festival dilaksanakan di di Dusun Krandegan, Desa Sukomakmur, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang, Minggu (9/8).

“Bahkan tahun ini merupakan pentas FLG paling singkat yakni berdurasi sekitar dua jam saja. Biasanya dilaksanakan selama tiga hari dan berlangsung dari pagi hingga larut malam,” kata Ketua Komunitas 5 Gunung , Supadi Haryanto.

Baca juga Festival 5 Gunung, Seniman Menari di Atap Rumah Penduduk

Supadi mengatakan, selain dilaksanakan paling singkat, pentas kesenian dari lima gunung yakni Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Menoreh, dan Sumbing  pada tahun ini tidak ada penonton yang berasal dari luar daerah dan luar negeri.

Menurutnya, selain membatasi jumlah penonton pihaknya juga membatasi  jumlah peserta yang hendak ikut pentas. Yakni,  hanya enam kesenian saja yang ditampilkan, dan semuanya berasal dari Komunitas Kesenian Krandegan Sumbing.

“Biasanya jumlah peserta mencapai ratusan grup kesenian  yang tidak hanya berasal dari Komunitas 5 Gunung saja, melainkan juga beberapa grup kesenian dari luar Jawa Tengah, luar Jawa bahkan mancanegara. Namun, karena adanya  pandemi Covid-19 ini , kami membatasi jumlah peserta dan penonton,” kata Supadi yang juga Ketua Komunitas Kesenian Andong.

Taat Protokol Kesehatan

Sebenarnya dengan pembatasan tersebut pihaknya merasa gela (kecewa,red), karena  tidak bisa berkumpul bersama dengan rekan-rekan kesenian  yang ada di Komunitas 5 Gunung. Namun, pihaknya tidak ingin melanggar protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah, khususnya larangan berkerumun.

“Kami sebagai seniman, tetap patuh dan taat para peraturan dari pemerintah. Kami bisa pentas saja sudah senang, meskipun jumlahnya  terbatas,’ imbuhnya.

Ia mengaku, dari empat dari lima komunitas kesenian yang ada  di Komunitas 5 Gunung tersebut, hanya menghadirkan satu hingga dua orang wakilnya saja. Selebihnya yang hadir dan mengisi acara dari pihak tuan rumah yakni Komunitas Krandegan Sumbing.

Supadi menambahkan, sebenarnya pihaknya beberapa waktu lalu akan melaksanakan  FLG ke-19 ini secara virtual. Namun, dengan berbagai macam pertimbangan  pesta kesenian tahunan petani di lima gunung tersebut  tetap dilaksanakan secara langsung dan dilangsungkan di Dusun Krandegan, Desa Sukomakmur, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang.

Mendadak

Sementara itu,  Ketua Panitia Lokal FLG ke-19, Djawahir Sarwo Edhie mengatakan, pelaksanaan FLG ke-19 tersebut sebenarnya sudah dirancang  sejak beberapa bulan lalu. Namun, adanya pandemi covid-19 yang berkepanjangan, memaksa panitia mengubah acara yang telah dirancang semula.

“Sedangkan tanggal kepastian pelaksanaan FLG tahun ini sangat mendadak. Yakni, saya diberi tahu oleh Pak Tanto Mendut (Presiden Lima Gunung, red) pada Jumat 7 Agustus sekitar pukul 18.00 WIB,” katanya.

Sarwo Edhie menambahkan, meskipun dirinya diberi tahu secara mendadak, tetapi dirinya telah siap untuk menjadi tuan rumah. Dan, langsung  memutuskan  pentas enam kesenian yang ditampilkan tersebut dilaksanakan di atas dak atap rumah penduduk setempat.

Menurutnya, dirinya juga meminta bantuan dari beberapa anggota sebuah ormas dan linmas yang ada di Desa Sukomakmur untuk berjaga-jaga dan mencegah penonton dari  luar Dusun Krandegan menonton.

Selain itu,  dirinya juga menghimbau masyarakat Dusun Krandegan yang ingin menyaksikan pentas kesenian FLG ini untuk tidak berkerumun  dengan menyaksikan dari atap rumahnya dan selalu memakai masker bagi yang ingin mendekat ke panggung.

“Protokol kesehatan tetap kami terapkan, agar semuanya berjalan dengan aman dan lancar. Selain itu, kami ingin para seniman dari Komunitas 5 Gunung ini bisa menjadi contoh bagi lainnya. Yakni, tetap bisa pentas dan protokol kesehatan tetap dilaksanakan,” kata Sarwo Edhie yang juga Ketua Kesenian dari Komunitas Krandegan Sumbing ini.

Yon-trs