blank
Ny Supadi, warga Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang sedang memasak daun teh yang dijadikan teh terasan  menggunakan kwali ( periuk). Foto : Suarabaru.Id/ Widiyas Cahyono

MAGELANG( SUARABARU.ID) – Dusun Mantran Wetan, Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang  yang berada di kaki Gunung Andong ( 1220 di atas permukaan laut),
sangat cocok untuk  menggugah selera makan dan minum.
Udara sejuk tersebut menggugah untuk menikmati minuman yang serba hangat. Bagi  para penikmat minuman teh,  sangat disayangkan bila berkunjung di Dusun Mantran Wetan tersebut bila  tidak menikmati the khas dusun tersebut.

Nama minuman teh  tersebut  sangat unik, seunik cara penyajiannya maupun mengolahnya. Nama minuman tersebut yakni teh”Terasan”.
Sesuai dengan namanya terasan yang artinya terusan, yakni pucuk  daun teh yang baru dipetik dari kebun teh tersebut, tidak dikeringkan seperti biasanya. Tetapi, setelah dicuci  langsung dimasak di dalam  sebuah kwali ( periuk-red). Setelah , daun teh yang dimasak di dalam kwali tersebut mendidih, langsung disaring atau dipisahkan antara ampas daun teh dengan sari tehnya.
“Terasan karena begitu dipetik langsung bisa diminum sesudah direbus tanpa melalui proses yang lebih lama dan ribet,”  kata Ny Supadi.

Gula Cathek

Ny Supadi mengatakan,  agar  dalam penyajian  teh terasan  terasa manis, dalam menikmati minuman teh tersebut harus ditambahi dengan gula.  Namun, gula yang disajikan tersebut bukannya gula pasir yang biasa dilakukan banyak orang. Melainkan  gula  cathek  atau gula aren.
Menurutnya, nama gula sebagai bahan pemanis sajian teh terasan tersebut dinamakan  gula cathek  karena, dalam menyajikannya gula aren tersebut digigit bukan dimasukkan dan diaduk bersamaan dengan penjayian teh di dalam gelas atau mangkok.
“Dinamakan gula  cathek, karena  dalam bahasa Jawa mempunyai arti  digigit,” ujarnya
Ia menambahkan,  gula aren yang sebagai pemanis tersebut tidak dicemplungkan di dalam seduhan teh, dimaksudkan agar rasa teh manis dan pahitnya tidak terasa. “Kalau gulanya dimasukkan ke teh malah tidak enak,” ujarnya.

Teh terasan  yang merupakan sajian unik dari kaki Gunung Andong tersebut hampir menyerupai teh hijau. Mulai dari rasa, warna serta aromanya. Hanya saja, teh  terasan tersebut tidak ditujukan sebagai obat pelangsing tubuh.
Usai menikmati hangatnya teh terasan terasan tersebut , badan akan terasa lebih segar karena teh disajikan masih panas.  Agar  teh terasan yang sudah diseduh dan belum dituangkan ke dalam gelas  awetp anasnya, masyarakat setempat  juga menempatkan ramuan teh tersebut di
dalam sebuah termos air.

Bahkan, masyarakat Dusun Mantran Wetan saat waktu-waktu tertentu menggelar upacara adat seperti  sadranan dan lainnya membuat teh terasan  yang  cukup banyak, sehingga mereka menampung teh terasan tersebut  ke dalam termos yang biasa untuk tempat nasi. Widiyas Cahyono-trs