blank
Guru matematika SMP Kanisius Kudus, Basuki Sugita saat bersama siswanya. foto:dok/Suarabaru.id

KUDUS (SUARABARU.ID) – Basuki Sugita, seorang guru matematika di SMP Kanisius Kudus membuat penelitian unik dengan menghitung butiran nasi sisa makan orang Indonesia. Dan ternyata, orang Indonesia diprediksi membuang sia-sia uang sekitar Rp 515 miliar atas kebiasaan menyisakan nasi putihnya saat makan.

Ya, dengan menggunakan kuisioner secara online,  Basuki melakukan penelitiannya sejak Mei 2020 silam.  Menurutnya, dalam penelitian itu ia mengambil sampel di 15 tempat makan yang berbeda. Yakni di Semarang, Demak, Kudus, Jepara dan Pati.

Pengambilan sampel dilakukan secara  acak mulai warung di pasar, pinggir jalan, rumah makan Padang sampai restauran ternama. “Penelitian ada tiga tahap,” ucap dia.

Dari penelitiannya selama tiga bulan, diperoleh data jika satu orang Indonesia rata-rata menyisakan rata tiga butir nasi putih sehabis makan. Dari hasil tersebut, Basuki pun mengkonversi nilai satu butir nasi sisa tersebut yang akhirnya ditemukan setara dengan Rp 0,7234.

“Dengan perhitungan nilai satu butir nasi sisa tersebut, saya mencoba menghitung kerugian ekonomis dari kebiasaan masyarakat Indonesia menyisakan nasi saat makan,”tandasnya.

Menurut Basuki, jika jumlah penduduk Indonesia tahun 2018  berusia 10 tahun ke atas tercatat 216.875.000 orang, maka potensi kerugian ekonomis dari sisa nasi putih dengan rumus sisa nasi perhari x jumlah hari setahun x nilai 1 butir nasi putih x jumlah penduduk berusia 10 tahun ke atas  adalah (9 x 365 x Rp 0,7234 x 216.875.000)  atau setara  Rp 515.375.026.875/tahun.

Gerakan Makan Tanpa Sisa

Jumlah nilai nasi sisa tersebut tentu sangat mencengangkan bagi Basuki. Menurutnya, potensi kerugian tersebut jika dipergunakan untuk membantu masyarakat miskin, akan sangat bermanfaat.

“Jika akumulasi uang sisa nasi putih di atas dibagikan kepada 24,79 juta jiwa orang miskin (BPS September 2019) maka satu jiwa orang miskin mendapat uang senilai Rp 20.789 atau setara harga 2 kg beras kelas lokal saat ini,” tandasnya.

Oleh karena itu, kata Basuki, dengan hasil hitung-hitungannya tersebut, pihaknya mengimbau seluruh masyarakat untuk memulai gerakan makan nasi tanpa sisa. Jangan sampai banyak nasi terbuang percuma sementara masyarakat Indonesia sebagian masih didera persoalan kemiskinan.

“Gerakan makan tanpa sisa nasi, harus segera digalakkan. Bisa dibayangkan jika uang yang terbuang tersebut digunakan untuk membantu masyarakat miskin,”tandasnya.

Tm-Ab