blank

DJO Koplak, wartawan sebuah media penting di Semarang. Kebetulan dia juga seorang asesor atau penguji dalam Uji Kompetensi Wartawan. Suatu ketika dia dimintai menguji di Surabaya, atas undangan sebuah koran besar di kota itu.

Dia pun berangkat bersama seorang temannya. Masuk Bandara A Yani di Semarang, melewat pemeriksaan X-ray yang berlapis-lapis itu, semua barang bawaannya aman. Hanya saja yang menjengkelkan di bandara saat ini adalah, harus melucuti semua yang berbau logam yang menempel di tubuh. Misalnya ikat pinggang, jam tangan, kalung, dan sebagainya.

Sampai Surabaya sudah dijemput oleh penyelenggara, dan langsung diantar ke hotel yang disediakan.

Seperti biasa, Djo Koplak sebagai penggemar kopi, dia pingin minum kopi kesukaannya. Maka dia pun keluar, dan membeli kopi sachet di minimarket di samping hotel. Setelah itu dia kembali ke kamar dan menyalakan pemasak air di kamar.

Sambil menunggu air mendidih, Djo pun mencari-cari gunting kecil yang selalu tersedia di tasnya. Ternyata, meski sudah dibolak-balik, gunting itu tak ditemukan. “Sini Mas, saya bukain,” ujar Pongkring yang bersamanya.

Dengan memanfaatkan ujung kabel charger ponsel, plastik sachet kopi itu bisa sobek, dan Djo Koplak bisa menikmati minumannya. Dan seterusnya, acara selama dua hari di Surabaya lancar, hingga akhirnya diantar penyelenggara ke Bandara Juanda untuk pulang ke Semarang.

Setelah check in kemudian Djo dan Pongkring pun menuju ruang tunggu. Dan, pemeriksaan X-ray yang menjengkelkan itu pun harus dijalani. Pongkring sudah bebas lewat pemertiksaan pertama, tetapi kenapa Djo masih tertahan.

Ternyata ada benda mencurigakan di tas Djo Koplak. Petugas meminta untuk membongkar isi tasnya. Dan, ternyata di sana ada gunting kecil yang sempat dicari di kamar hotel dan tidak ketemu. Alhamdulillah gunting itu bisa ketemu, tetapi akhirnya disita oleh petugas bandara. “Wah, gunting siluman, dicari nggak ketemu setelah ketemu disita petugas,” ujar Djo Koplak.

Widiyartono R.