blank

DJO Koplak anak desa yang punya semangat tinggi. Meski orang tuanya tidak berkecukupan, dia nekat kuliah di kota. Dia harus indekos, dan untuk memenuhi kebutuhan tiap harus atau kebutuhan kuliah harus nyambi-nyambi. Maklum, kiriman dari orang tuanya sangat tipis.

Untuk itu, Djo Koplak yang memang cakap memainkan gitar dan suaranya lumayan, memberanikan diri menjual suaranya secara keliling. Ngamen, itulah istilah yang pas.

Suatu ketika, Djo sambi menenteng gitarnya, dia ngamen dari pintu ke pintu di sebuah perumahan. Di sebuah rumah, Djo mulai memetik gitrnya dan menyanyikan lagu. Tetapi tiak ada respons. Meski begitu, Djo terus saja menyanyi sambil lingak-linguk.

Ketika lagu hampir usai, seorang gadis cantik keluar dan memberikannya uang lima puluh ribu rupiah. Djo kaget dan berucap, “Tidak ada kembaliannya, Mbak.”

“Saya juga nggak punya uang kecil, ambil saja Mas,” kata Mbak Uplik, nama gadis itu. Djo pun salah tinggak dan pamit sambil mengucap terima kasih.

Beberapa bulan kemudian ada pertemuan keluarga. Tiba-tiba Djo disapa seorang gadis. “Lho Mas, kamu kan yang ngamen di rumahku to. Kita sedulur jebule?” kata gadis itu.

“Tapi ngasih lima puluh ribu bukan karena sedulur to? Wah, isiiiiin aku,” ujar Djo Koplak.

Widiyartono R.