blank
Karyawan objek wisata Candi Joglo saat menunjukkan Candi Karsa. Ia Penggunaan APD berupa face shield dan masker ini dilakukan sesuai protokol kesehatan. Foto : Hana Eswe.

GROBOGAN (SUARABARU.ID) -Dalam mempersiapkan kebijakan normal baru, Kabupaten Grobogan berbenah dengan melakukan kesiapan yang sesuai dengan protokol kesehatan. Hal ini sudah terlihat di berbagai instansi, pusat perbelanjaan maupun tempat-tempat umum lainnya. Di sana sudah dipersiapkan tempat cuci tangan, bilik beserta alat penyemprot disinfektan, hand sanitizer, dan imbauan penggunaan masker.

Salah satu fasilitas umum yakni tempat wisata, juga tengah dipersiapkan oleh para pengelolanya. Di Candi Joglo, misalnya. Pengelola sudah menyiapkan konsep jelang new normal nanti.

Hal itu terlihat dari rutinnya melaksanakan kegiatan penyemprotan disinfektan, penempatan tempat cuci tangan dan persiapan masker bagi pengunjung yang tdk menggunakan masker. Selain itu, penerapan penggunaan face shield, masker, dan kebiasaan cuci tangan bagi para karyawan juga menjadi konsep pengelola.

blank
Jika kondisi new normal sudah diterapkan, para pegawai akan diwajibkan menggunakan APD seperti ini. Foto: Hana Eswe.

“Tanpa ada imbauan pun kami sudah mempersiapkan konsep sarana dan prasarana yang sesuai dengan protokol kesehatan dalam rangka menyambut pengunjung saat kebijakan new normal ini dilaksanakan,” jelas Muhadi, pemilik sekaligus pengelola Candi Joglo, Senin (1/6/2020).

Muhadi menjelaskan, saat normal baru dicanangkan nanti, mau tidak mau Candi Joglo harus melakukan inovasi diri. Hal ini dilaksanakan guna mengubah mindset wisatawan juga untuk membiasakan diri dengan mengikuti protokol kesehatan tersebut.

“Memang untuk wisatawan kan berwisata butuh style. Tetapi mau tidak mau, kita harus menginovasi diri. New Normal ini ‘kan merupakan sebuah kondisi  dimana kita harus mengikuti kebijakan tersebut. Maka, kita bisa berinovasi dengan membuat konsep wisata yang menarik, misal jasa foto selfie di depan obyek wisata dengan tetap menggunakan masker dibuat semaksimal mungkin lebih kreatif,” jelas suami Dika ini.

Ekonomi Harus Berputar

Selain objek wisata, para pemilik biro jasa tour and travel ikut menyambut baik jika kebijakan normal baru diterapkan di Indonesia. Contohnya Agus Suyono, pemilik Weika Tour.

“Kita menyambut baik kebijakan itu. Dengan kebijakan New Normal itu, aktivitas kepariwisataan bisa dijalankan dengan protokol kesehatan. Kalau bagi saya sendiri, selaku pemilik biro pariwisata, siap dan tidak siap karena roda ekonomi harus berjalan walaupun dengan keadaan yang berbeda,” ujar pria yang akrab disapa Yono ini.

Menurut Yono, pelaku wisata seharusnya juga menyusun draf protokol umum yang meliputi tentang kebersihan, kesehatan, dan keselamatan untuk pengunjung destinasi wisata, dan pekerja. Jika protokol telah ditetapkan, maka dibutuhkan beberapa tahapan sebelum usaha dapat dibuka kembali. “Seperti sosialisasi, simulasi, dan uji coba penerapan protokol kesehatan,” tambahnya.

Berusaha Bangkit

Selama tiga bulan selama pandemi covid-19 ini, kelesuan juga dialami pelaku wisata. Baik Muhadi maupun Agus Suyono membenarkan hal itu. “Tentunya saya prihatin dengan keadaan ini, sehingga saat sepinya Candi Joglo ini, kami harus merumahkan 50 orang yang selama ini hidup menggantungkan dari objek wisata kami. Seperti para PKL ini, sebelum pandemi, mereka mendapatkan penghasilan sehari-hari dari sini. Jika ini akan memulai pagi, mereka bingung untuk memulainya karena modal mereka habis,” jelas Muhadi.

Meski demikian, beberapa dari mereka ada yang mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah seperti BST, sembako perluasan, maupun BLT. Di samping itu, Muhadi memutar otak agar mereka juga tetap bisa berkarya.

“Akhirnya, kita buat face shield ini. Ada yang sebagian kita donasikan kepada yang membutuhkan. Ada juga yang kita jual dan sampai saat ini produksinya tetap dilakukan dengan pengerjaannya di rumah masing-masing,” tambahnya.

blank
Agus Suyono tidak merumahkan karyawannya, namun mengalihkan diri berjualan kue kering selama pandemi Covid-19. Foto : Hana Eswe.

Hal yang sama dirasakan Yono. Dengan adanya pandemi ini mengakibatkan kerugian pada perusahaannya. “Namun kami tidak sampai merumahkan karyawan,” katanya.

Selama tiga bulan, tambahnya, memang tak ada penghasilan. “Kemudian kami alih profesi jualan kue kering dan frozen food. Kalau kerugian untuk kantor banyak, hampir 80 persen. Itu dihitung dari gaji karyawan, listrik dan lain-lain. Dan sampai saat ini karyawan masih tetap masuk ke kantor. Belum ada pengurangan jumlah karyawan yang kami rumahkan,” kata Yono.

Saling Melengkapi

Muhadi berharap adanya New Normal nanti bisa membangkitkan lagi sektor pariwisata yang ada di Grobogan. Dirinya tetap mengajak semua masyarakat agar tetap bersemangat dalam menghadapi era yang baru ini dengan membiasakan sesuatu yang tidak biasa itu.

“Untuk masalah mental, saya yakin mereka (para pegawai-red) sudah siap. Para pengunjung juga saya yakin pada masa new normal ini, mereka tanpa diarahkan sudah dapat melakukan kebiasaan taat pada protokol kesehatan,” tambah Muhadi.

Sementara, Agus Suyono memaparkan saat ini ia dan karyawannya menyiapkan strategi untuk program wisata jelang New Normal. Ia mengungkapkan saat ini, tetap menjalankan komunikasi yang baik dengan beberapa vendor yang sudah terjalin kerja sama dalam waktu yang lama ini.

blank
Sebagai pemilik biro perjalanan wisata, Agus Suyono mengaku rindu kondisi bisa terulang seperti dulu lagi. Foto : Hana Eswe / ist.

“Menurut saya, setelah new normal atau bahkan normal, masyarakat akan cepat melakukan liburan karena sudah jenuh stay at home selama tiga bulan.  Dengan jangka waktu itu, otomatis masyarakat sudah rindu piknik. Saat ini, kami tengah mempersiapkan untuk penawaran wisata secara fisik. Mumpung masih dalam situasi pandemi, kami siapkan materi untuk start lebih awal setelah normal kembali,” kata Yono.

Hana Eswe-trs.