blank
Masjid Langgar Dalem yang berjarak tak jauh dari Menara Kudus. Masjid ini merupakan tempat peribadatan khusus Sunan Kudus. foto:Suarabaru.id

 

KUDUS (SUARABARU.ID) – Syekh Ja’far Shadiq atau yang lebih dikenal sebagai Sunan Kudus, ternyata tak hanya meninggalkan Masjid dan Menara Kudus yang terkenal.

Beberapa peninggalan penting lain, yang menjadi saksi sejarah perjuangan Sunan Kudus dalam menyiarkan Islam, hingga saat ini masih cukup banyak ditemui di Kota Kretek.

Salah satunya adalah Masjid Langgar Dalem. Masjid yang terletak di Desa Langgar Dalem, Kecamatan Kota. Di masjid ini merupakan salah satu tempat penting yang tak bisa dipisahkan dengan Sunan Kudus.

Ya di masjid inilah, Sunan Kudus konon pernah tinggal. Ini bisa dilihat dari namanya yakni Langgar yang berarti Mushala/masjid kecil, serta dalem yang berarti tempat tinggal. Karena memang, semasa hidup, Sunan Kudus pernah menghabiskan sebagian masa hidupnya di masjid ini.

Letak masjid Langgar Dalem sendiri memang tak begitu jauh dari Menara Kudus. Dengan jarak yang hanya sekitar 150 meter ke arah utara Masjid Menara Kudus, nampaknya Sunan Kudus tak perlu repot terlalu jauh melangkahkan kaki untuk menyiarkan Islam di masjid utama.

‘’Jadi semasa itu, tempat tinggal Sunan Kudus memang di sini. Sementara, di masjid Menara lebih difokuskan sebagai pusat kegiatan dakwah,’’ kata pemerhati sejarah Kota Kudus, Sancaka Dwi Supani.

Mengenai usia Masjid Langgar Dalem sendiri, nampaknya cukup tua dan hampir seusia dengan sejarah Kota Kudus sendiri. Ini bisa terlihat dari candrasengkala yang ada di bagian lantai depan masjid. Dalam candrasengkala tersebut tertuliskan prasasti yang menggambarkan menggambarkan Trisula : 3 Pinulut : 6  Naga : 8.

Menurut Supani, angka tersebut dibaca terbalik yang berarti 836 hijriyah atau 1458 masehi. ‘’Pendirian masih sezaman dengan Menara Kudus,’’ tandasnya.

blank
Mihrob Masjid Langgar Dalem Kudus. foto:Suarabaru.id

Berdiri Di Bekas Tempat Ibadah Hindu

Dikatakan, Masjid Langgar Dalem diduga didirikan di atas tanah bekas tempat peribadatan agama Hindhu. Menurut Supani dikawasan itu banyak ditemukan batu-batu lumpang atau yoni. Ciri itu sama dengan batu lumpang yang terdapat pada Masjid Bubar di Desa Demangan, Kecamatan Kota.   ‘’Tapi keadaannya memang di kubur di sekitar masjid,’’ imbuhnya.

Selain peninggalan tersebut, orisinalitas bangunan masjid Langgar Dalem yang bisa dilihat hingga sekarang yakni dua buah mustaka, (puncak atap) pada atap utama masjid dan atap tempat wudlu. Kedua mustaka yang terbuat dari teracotta, menjadi salah satu ciri khas masjid peninggalan wali.

Ciri lainnya adalah gapura padureksan di serambi depan, yang terbuat dari susuan batu bata. Empat cagak kuno di bawah atap utama, dan blandar jati pun masih utuh.

Sedangkan dinding serambi depan, sampai teras sudah direnovasi. Melihat ciri arsitektur banguan depan itu diduga direnovasi pada zaman kolonial Belanda. “Bangunan depan diperkirakan tambahan Belanda, sekitar abad 19,” jelas Supani.

Renovasi bangunan itu termasuk baik, karena tetap mempertahankan prasasti pada tempatnya. Pintu-pintu, jendela kayu, dan ventilasi pun masih menggunakan yang asli.

Meski secara bangunan masjid tersebut lebih cocok dikatakan seperti mushola lantaran ukurannya yang kecil, namun Sunan Kudus sudah menamainya dengan nama masjid. Ini dengan alasan agar tempat tersebut bisa digunakan untuk salat Tahiyatul Masjid.

Tm-Ab