Bupati Batang Berang, Ancam Tutup Sementara PLTU, Ini Sebabnya

755
0
blank

BATANG (SUARABARU.ID) – Di tengah merebaknya wabah Covid-19 di berbagai daerah, PLTU Batang justru tidak menerapkan standar protokol kesehatan terkait pandemi tersebut. Inilah yang membuat Bupati Batang H Wihaji SAg, MPd berang.

Kejengkelan Wihaji memuncak saat Tim Gugus Tugas Pencegahan Pandemi Covid-19 dipersulit untuk masuk ke area tersebut. Padahal di sana banyak pekerja keluar masuk, terutama dari luar Batang, tanpa ditracking lebih dulu oleh Dinas Kesehatan dan Tim Gugus Tugas karena akses yang tertutup.

Wihaji pun berkoordinasi dengan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda) memanggil pihak PLTU. “Kami telah menyampaikan sejumlah rekomendasi dari Tim Gugus Tugas. Bila itu tidak dipatuhi, Forkompinda dan Tim Gugus Tugas akan merekoimendasikan untuk penutpan PLTU sementara,” kata Wihaji kepada wartawan seusai pertemuan, Jumat (23/3).

Menurutnya, dari informasi yang dia dapatkan, sudah ada karyawan PLTU yang meninggal karena positif Covid-19. “Pekerja tersebut duirawat di rumah sakit Husada Utama Surabaya, dan meninggal di sana,” katanya.

Hasil penelusuran Tim Gugus Tugas, karyawan tersebut kembali dari Surabaya pada 16 Maret 2020, langsung bekerja di kapal jenis tongkang yang ada di PLTU Batang. Keesokan harinya dia sakit dan oleh klinik dirujuk ke RSUD Batang.

“Diagnosa awal adalah demam berdarah, kemudian oleh keluarga dipindah ke rumah sakit yang ada di Surabaya. Setelah dites dua kali, dinyatakan positif covid-19,” tutur Bupati.

Dia mengaku khawatir, karena pekrja yang ada di PLTU berjumlah sekitar 14 ribu orang, yang 70 persen merupakan warga luar Batang. Dari Batang hanya 30 persen. Sedangkan pekerja asing berjumlah cukup banyak juga, yaitu 545 orang.

“Karena itu kami memanggil pihak PLTU untuk menanyakan keseriusan mereka menangani kasus ini. Apa saja yang telah mereka lakukan,” tandasnya.

Dia menambahkan, tim bentukan Pemkab telah melakukan tracking terhadap orang-orang yang pernah kontak langsung dengan penderita. Untuk sementara, sebanyak 23 orang masuk daftar orang dalam pemantauan (ODP), yang antara lain dokter, perawat dan satu penunggu pasien.

“Kemudian 27 awak kapal tongkang tempat penderita bekerja juga mendapatkan isolasi di laut selama 14 hari. Mereka (PLTU, red) harus serius menangani pekerjanya yang kemungkinan terpapar Covid-19,” tegasnya.

Nur Muktiadi