blank

Oleh Janiesha Kimberly Prasetyo

blank

PENGGUNA aktif media sosial di Indonesia mencapai 150 juta orang atau 56 persen dari total populasi di Indonesia pada Januari 2019 (WeAreSocial, 2019). Menurut GlobalWebIndex (2019), pengguna media sosial di Indonesia menghabiskan rata-rata 143 menit setiap hari dalam menggunakan aneka platform. 

Positif atau negatifkah realitas besaran jumlah itu? Bagi banyak orang, menggunakan media sosial merupakan keuntungan. Penelitian yang dilakukan oleh Wijaya dan Godwin (2012) menyatakan, dampak proporsional media sosial adalah sebagai media pertemanan, bertukar informasi, memperluas wawasan, hingga memberi keuntungan bagi bisnis online.

Selain memberi dampak yang positif kepada penggunanya, bagaimana kondisi psikologis atau mental penggunanya? Women’sHealth.com menyebut beberapa dampak dan pengaruh media sosial terhadap kondisi psikologis seseorang.

Tanpa kita sadari, media sosial menjadi wadah untuk memudahkan penggunanya mengekspresikan diri dengan minimnya hambatan atau gangguan. Ini merupakan hal yang positif, karena menurut para ilmuwan, mengungkapkan diri sendiri dapat membuat kondisi mental menjadi lebih baik.

Hasil penelitian Women’sHealth.com menyatakan, 21 persen wanita yang menggunakan Twitter memiliki tingkat stress lebih rendah daripada yang tidak menggunakan media sosial. Wanita lebih suka me-upload dan melihat hal-hal di media sosial yang mereka sukai.

Akan tetapi ada juga pengaruh buruknya. Seperti kejadian sedang memuncak akhir-akhir ini, yaitu pandemi virus CoVid-19 atau virus Corona. Berbagai informasi tersebar luas dan cepat di media sosial, bisa informasi hoaks maupun informasi yang benar-benar telah dikonfirmasi.

Sulit Membedakan

Banyak pengguna media sosial yang kesulitan membedakan, informasi mana yang benar dan mana yang salah. Hal ini dapat menimbulkan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan. Terdapat kejadian seperti panic buying, yaitu kondisi saat warga yang membeli bahan makanan dan barang esensial lainnya secara berlebihan. Informasi yang tidak dapat di- filter dengan baik dapat merugikan mental pengguna media sosial sendiri.

Banyak juga kasus kekerasan seperti cyber bullying yang terjadi pada anak-anak dan remaja di Indonesia. Kecenderungan lainnya yang dialami oleh banyak orang adalah online shopping. Bisnis online yang melakukan marketing di media sosial dan pembayaran yang sekarang bersistem online dapat menciptakan sifat hedonis seseorang.

Hedonisme menjadi dampak buruk bagi kehidupan. Selain itu, hasil studi dari International Journal of Mental Health and Addiction menyatakan, penggunaan media sosial yang berlebihan di Indonesia mengakibatkan peningkatan skor CES-D atau depresi orang dewasa naik 9 persen.  Psikolog klinis Linda Setiawati juga mengungkapkan, media sosial dapat menganggu penglihatan dan waktu tidur (CNN Indonesia, 26/06/2019).

Media sosial dapat memberikan pengaruh baik dan buruk bagi penggunanya dari sisi psikologis. Semua kembali kepada pengguna agar dapat menjadi smart user, yaitu pengguna yang dapat membedakan dan me-filter hal mana yang baik dan mana yang buruk bagi pengguna sendiri.

Dunia media sosial akan terus berkembang. Bisa ke arah yang lebih baik, bisa pula menjadi lebih jahat. Pengaruh media sosial terhadap psikologis individu adalah dapat mempengaruhi kehidupan dan gaya hidupnya ke depan.  Maka, mari bijaklah dalam menggunakannya.

— Janiesha Kimberly Prasetyo, mahasiswa Fiskom, UKSW.