blank

Oleh: Ira Alia Maerani

ANTISIPASI terhadap penyebaran virus corona terus dilakukan. Termasuk di dunia pendidikan. Optimalisasi pemanfaatan teknologi digiatkan. Melalui Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ataue-learning atau kuliah online. Meskie-learning sudah digadang-gadang dan deprogram sejak jauh hari, namun pelaksanaannya belum optimal.

Antisipasi terhadap penyebaran virus corona  menyebabkan para pendidik seperti guru dan dosen pun belajar untuk paham teknologi. Bahkan mengaplikasikannya. Dulu, meskie-learning sudah dirancang namun masih enggan untuk keluar dari zona nyaman dengan metode pembelajaran tatap muka. Apa plus minusnya?

Dunia pendidikan terutama di lingkungan sekolah dan kampus melakukan lockdown terhadapakses penyebaran virus corona. Kebijakan ini didukung oleh  pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Sehingga segenap civitas acedemika mulai dari guru, dosen, murid, mahasiswa hingga tenaga kependidikan diliburkan berdasarkan kebijakan pelaksana teknis terkait. Durasi waktunya rata-rata adalah 14 hari sesuai masa inkubasi virus corona.

Namun beberapa boarding school seperti pesantren maupun sekolah berasrama lainnya justru mengambil kebijakan tidak meliburkan santri (murid) nya dalam rangka lockdown ini. Para santri  (murid) tetap berdiam di lokasi sekolah. Bahkan tidak ada daftar kunjungan orang tua dan tamu. Akses keluar dan masuk ditutup. Upaya pencegahan virus juga dilakukan dengan cara pengecekan suhu tubuh, menggunakan masker, menyediakan sabun cair anti septic di depan kelas plus kran air mengalir.

Terhadap sekolah yang mengambil kebiijakan lockdown dengan tetap berada di sekolah dengan perlindungan tertentu maka proses pembelajaran tidak menjadi kendala. Metode  pembelajaran tatap muka tetap berjalan sesuai jadwal. Namun akan menjadi masalah jika sekolah diliburkan. Maka tenaga pendidik harus menyiapkan materi agar para pelajar dan mahasiswa ini tetap memperoleh hak mereka untuk mendapatkan ilmu. Oleh karena itu, share ilmu melalui pembelajaran jarak jauh (PJJ) menjadi alternative jitu. Dimana mengurangi kontak fisik, aka tetapi ilmu tetap tersalurkan dengan baik.

Reaksi terhadap penggunaan metode pembelajaran jarak jauh ini pun beragam. Baik dari pihak pendidik maupun para pelajar (mahasiswa). Keluhan terlihat dari status What’s Apyang mereka buat. Sambil memposting surat edaran mengenai e-learning atau pembelaran jarak jauh (PJJ) ini dilengkapi dengan statement, ”Waduh, ini akibat gaptek.” Disertai emoticon kepala pusing.

Apabila ditilik dari kemampuan mahasiswa dalam penggunaan e-learning ini maka mahasiswa yang junior lebih piawai dalam memanfaatkan teknologi ini disbanding kakak tingkatnya yang sudah mau lulus ini. “Sang adik” yang baru semester 2 nyaris tidak ada pertanyaan soal permasalahan teknis. Tugas terkirim dengan baik dan tepat waktu melalui kolom yang tersedia di situs internet terkait.

Sementara “sang kakak” yang sudah semester 8 dan 6 ini masih tergagap soal penggunaan e-learning. Pertanyaan yang mereka ajukan via What’s Ap seputar kendala teknis ini. Namun itikad mereka untuk masuk kelas online dan mengerjakan tugas patut diberikan apresiasi. Selalu ada kebijakan dan kompensasi di masa transisi ini, Metode ini juga selaras dengan kurikulum KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) yang menuntut keaktifan mahasiswa secara aktif atau dikenal dengan istilah student centered learning.

Kondisi ini akhirnya membuat pendidik dan anak didiknya belajar dan mengaplikasikan teknologi sebagai salah satu instrument penting di era disruptive. 4. Sang Kuasa Allah SWT menjadi pembuat skenario di balik ini. Hikmah positif didapat. Di samping terus berharap dan berdoa diangkat virus corona dari muka bumi ini.

Plus Minus E-Learning

Pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau e-learning menjadi salah satu solusi untuk memutus matarantai penyebaran virus corona. Bagian dari hikmah yang bias dicapai adalah berbagai macam kemudahan didapat. Proses pembelajaran menjadi lebih mudah, cepat dan terukur. Asalkan akses internet disertai kepemilik  kuota internet memadai.

Kendala atau problem menuju tempat kerja seperti macet, hujan sehingga beberapa ruas jalan tergenang, banjir, kelangkaan BBM tidak akan terjadi jika menggunakan fasilitas e-learning ini. Efektivitas waktu dan tenaga semakin nyata. Pengeluaran biaya transpotasi, make up, dan lainnya menurun.

Keuntungan bagi kantor antara lain pengeluaran untuk bayar listrik, air akan terkoreksi cukup baik. Selain berkurangnya berbagai bentuk pengeluaran lainnya.

Akan tetapi kelebihan penggunaan e-learning yang sudah disebutkan di atas tidak serta merta mengesampingkan metode pembelajaran tatap muka. Terdapat kelebihan di balik metode pembelajaran tatap muka ini. Dimana guru sebagai role model yang digugu dan ditiru menjadi uswah (contoh) terbaik.

Penanaman nilai-nilai, disiplin, membangun silaturohim menjadi kelebihan di balik metode pembelajaran tatap muka ini. Penguatan nilai-nilai Pancasila yang religious mengedepan Ketuhanan Yang Maha Esa; kemanusiaan yang adil dan beradab; persatuan Indonesia (nilai nasionalisme); nilai musyawarah; dan nilai keadilan social.

Interaksi khas human being ini akan penuh kesan dan arti jikadi iringi dengan cinta dan kasih saying sebagai makhluk ciptaan ALLAH SWT. Kehangatan dalam canda di ruang kelas menjadi kelangenan tersendiri. Proses take and give dalam sharing ilmu terjadi di ruangkelas.

Selalu ada kelebihan dan kekurangan di balik sebuah kebijakan. Saling melengkapi menjadi kata kunci keberhasilan. Sehingga lengkap terwujud manusia Indonesia seutuhnya sebagaimana diamanatkan Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadiwarga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dr. Ira Alia Maerani, M.H Dosen Fakultas Hukum UNISSULA, Semarang.

Suarabaru.id