blank
Bruno Fernandes. Foto: dailymail

blank

Oleh: Amir Machmud NS

INILAH salah satu potret, bagaimana fans klub sepak bola di Tanah Air menunjukkan sikap dalam jagat fanatisme dukung-mendukung. Pekan lalu, Dicky Adi Nurwanto, seorang pembaca kolom BOLA-BOLA, meminta saya mengulas tentang perkembangan Manchester United, setelah bergabungnya Bruno Fernandes.

Gelandang serang asal Portugal itu membawa angin baru bagi fans Setan Merah. Pasukan Old Trafford, dalam separuh musim ini dinilai tidak terlalu meyakinkan dibandingkan dengan jejak besar tradisinya.

Dicky rupanya tersenggol oleh tulisan saya Minggu lalu tentang Manchester Biru, lewat titel bahasan “Ratapan City, Amukan City”. Kemenangan 2-1 The Citizens atas Real Madrid di babak 16 besar Liga Champions, dipandang oleh sebagian analis sebagai ungkapan spirit pembuktian di tengah sanksi financial fairplay.

Oleh UEFA, City dilarang tampil di tingkat Eropa selama dua musim ke depan, plus sanksi lainnya di liga domestik. Siapa pun fanatikus MU, tentulah merasa kurang nyaman terhadap perkembangan positif berupa kemenangan atas Madrid yang dicatat sang rival di “Derby Manchester” itu.

Selama sekitar lima musim terakhir, perkembangan Manchester Biru benar-benar menjadi “duri” bagi Manchester Merah.

Bruno Fernandes menjadi trending topic United dalam enam laga terakhir. Didatangkan dari Sporting CP dengan mahar Rp 1,2 triliun, dia mulai membantu tim Ole Gunnar Solskjaer, untuk menggeliat menemukan bentuk permainan.

Kehadiran pemain internasional Portugal yang telah memberi tiga gol dan dua assist itu, tampaknya bakal meningkatkan konfidensi Pasukan Theater of Dream. Dia digadang-gadang bakal menciptakan mata rantai sejarah kehebatan gelandang MU, dari Bryan Robson, Paul Scholes, Eric Cantona, dan (diharapkan) Paul Pogba.

Sejarah emas MU dengan permainan yang mengalir rancak dari dinamo tim, mengukirkan nama-nama legendaris Robson, Cantona, Scholes, David Beckham, Michael Carrick, lalu mencoba menemukan sambungan tradisi itu dengan talenta hebatnya: Paul Pogba.

Memang ada sederet nama seperti Brian McClair, Juan Veron, Darren Fletcher, Marouane Fellaini, Juan Mata, Ander Herrera, dan Scott McTominay. Namun deretan itu bukan “penguasa era” seperti Scholes dan Cantona. Mereka bukan dinamo, apalagi yang menjadi faktor pembeda.

Bahkan Pogba yang dipulangkan dari Juventus lewat proyek triliunan rupiah pun, gagal mengemban peran sebagai “The New Scholes”. Dia lebih akrab dengan cedera dan episode miskomunikasi dengan pelatih, baik semasa Jose Mourinho maupun Solskjaer.

Sikap sang agen, Mino Raiola dan obsesi Pogba bergabung ke Real Madrid, menjadi bagian dari indikator pemain asal Prancis itu kehilangan fokus di MU. Maka kehadiran Bruno Fernandes akhirnya menjadi “pengganti harapan” yang sepadan. Bahkan boleh jadi dialah solusi yang lebih menyegarkan bagi MU.

Performa awalnya yang penuh passion menjanjikan masa depan yang fungsional. Solskjaer boleh jadi punya ide mengombinasikan Bruno dan Pogba dalam satu skema permainan, tetapi mungkin pula harus memilih salah satu.

Kehadiran Bruno mengingatkan saat-saat awal Cristiano Ronaldo bergabung ke Old Trafford pada 2003. Aksi-aksi CR9 yang segar dan berteknik tinggi membuat fans bisa cepat melupakan David Beckham yang memilih hijrah ke Real Madrid.

* * *

MOMEN-MOMEN kepercayaan fans baru merupakan awal bagi Bruno. Pemain kelahiran
1995 itu, masih harus membuktikan konsistensi daya tahan psikologis dan fisik di tengah kerasnya Liga Primer. Manchester Merah tengah membutuhkan pemain yang betul-betul menjadi pengangkat moral tim, yang dari sederet stok materi sekarang, nyaris tidak ada.

Nemanja Matic, bukan. Jesse Lingard dan Andreas Pereira, jauh dari predikat itu. David James dan Mason Greenwood, betapa pun menjanjikan, masih terlampau muda. Potensi ketajaman Marcus Rashford dan Anthony Martial butuh pasokan kreasi permainan, yang semula diharapkan dari Paul Pogba.

Diperkirakan, Rashford dan Martial bakal lebih mematikan jika mendapat dukungan manuver-manuver kreatif dari gelandang visioner setipe legenda Chelsea Frank Lampard, dan kasting itu disebut-sebut melekat pada Bruno Fernandes.

Bruno punya jejak ciamik di Liga Portugal, sebagai kreator assist, visi bermain, dan kemampuan mengeksekusi gol. Gocekan yang khas sepak bola seni, juga dia miliki. Untuk sementara, dari laga-laga awal di Liga Primer, dia sudah “unjuk janji” dengan penampilan awal yang membesarkan hati United.

Laga-laga di sisa musim bakal menunjukkan betapa MU baru bisa menemukan kunci
permainan yang mereka butuhkan. Justru pada saat Paul Pogba gagal menjadi solusi…

Amir Machmud NS¸ wartawan senior, kolumnis bola, Ketua PWI Jateng