blank
Dua pembicara, H Sudarman dan H Kholiq Arief menerima kenang-kenangan berupa karikatur dari PWI Perwakilan Wonosobo. (Foto : SuaraBaru.id/Muharno Zarka)

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Mantan wartawan Jawa Pos yang pernah menjabat Wakil Bupati Wonosobo (2000-2005) dan Bupati Wonosobo selama dua periode mulai 2005-2010 hingga 2010-2015, Drs H Abdul Kholiq Arief MSi mengakui wartawan abal-abal sudah ada sejak dulu.

“Dulu saya bersama Pak Darman (mantan wartawan Suara Merdeka) pernah menangkap oknum wartawan yang akan memeras salah satu pejabat di Wadaslintang Wonosobo. Mereka itu termasuk wartawan tanpa surat kabar (WTS),” tegasnya.

Penegasan tersebut disampaikan Kholiq Arief ketika menjadi pembicara dalam talk show “Mewaspadai Wartawan Abal-abal” di serambi Gedung Korpri Wonosobo, Senin (17/2). Bersamaan dengan kegiatan tersebut juga digelar bazar “Ketemubuku Wonosobo”.

Talk show digelar dalam rangka peringatan Hari Pers Nasional (HPN) dan HUT ke-74 Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang dihelat PWI Wonosobo. Selain Kholiq Arief tampil pula sebagai pembicara H Sudarman, BA.

Menurut Kholiq Arief, di era disrupsi di mana terjadi perubahan mendasar budaya baca media cetak ke media online karena pengaruh perkembangan tehnologi informasi, media cetak sesungguhnya masih punya harapan besar dengan kreativitas dan inovasi yang ada.

“Media cetak itu tak akan pernah mati. Bahkan kini tengah reborn atau lahir kembali. Meski media sosial dan media online melebihi kecepatan informasi yang disajikan media cetak, dengan kedalaman investigasi berita yang disajikan akan tetap diburu,” katanya.

blank
Kholiq Arief ketika menyampaikan paparannya. (Foto : SuaraBaru.id/Muharno Zarka)

Harus Profesional

Sementara itu, Sudarman mengungkapkan wartawan dalam menjalankan tugas jurnalistiknya di lapangan harus proporsional, profesional dan memegang teguh kode etik jurnalistik yang ada. Sepanjang berkerja dengan baik berita yang disajikan akan lebih bermanfaat.

“Jika wartawan bekerja tidak proporsional, profesional dan sesuai kode etik jurnalistik, maka berita yang disajikan tidak akan bermanfaat dan memberi inspirasi. Untuk apa berita itu disampaikan jika tidak bermanfaat dan menginspirasi,” tandasnya.

Narasumber, imbuhnya, tidak perlu takut dengan wartawan. Karena ketika insan pers bertemu seseorang sebagai sumber berita akan melakukan konfirmasi, klarifikasi dan verifikasi atas informasi yang berkembang di masyarakat, bukan untuk mencari kesalahan.

“Justru saat ini Bagian Humas Pemkab Wonosobo, TNI-Polri, BUMN-BUMD dan perusahaan swasta harus bekerja sama dengan wartawan. Tidak usah takut dan menghindari wartawan karena tugas wartawan mencari informasi, bukan menakut-nakuti narasumber,” paparnya.

Ketua PWI Wonosobo Edy Purnomo SHI MH mengatakan talk show bertema “Mewaspadai Wartawan Abal-abal”, digelar sebagai ikhtiar memperkenalkan wartawan yang bergabung dalam wadah PWI yang biasa melakukan peliputan di Wonosobo dan sekitarnya.

“Karena di lapangan banyak oknum yang mengatasnamakan wartawan dan masuk ke instansi pemerintah dan swasta ujung-ujungnya akan memeras. Perilaku tersebut tidak benar dan menciderai profesi wartawan yang sesungguhnya. Wartawan itu harus baik,” ujarnya.

Muharno Zarka/mm