blank
Direktur M Research, Najih Su'udi (kanan) menjelaskan hasil survei online kepada para wartawan, (Dok M Research)

blankMAGELANG (SUARABARU.ID) – Joko Budiyono unggul dalam elektabilitas survei online yang diselenggarakan M Research dan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Universitas Tidar.

Survei yang dilaksanakan 2-16 Januari 2020 secara online melibatkan 500 responden. Dalam pertanyaan top of mind kandidat calon wali kota dipilih secara spontan dalam pertanyaan terbuka. Jika pemilihan langsung Wali Kota Magelang dilaksanakan hari ini, siapa yang saudara pilih?

Jawaban responden, Joko Budiyono mendapatkan dukungan 52,60 %. Di bawahnya Ir Mudiworo Haksono 11 % dan Stin Syahyutri 10 %. Berikutnya,  Salafuddin 6,40 %, Windarti 2,40%, Budi Prayitno 2%, Sumartono 2 %, Mad Sabitul Wafa 1,60 %, Slamet Santoso HK 1,60 %, Budi Senin 1,40 %, Candra Irawan 1,20 %, KH Mansur Siraj 0,80 %, Joko Prasetyo 0,80 % dan Basmar Perianto 0,60 %.

Joko Budiyono  yang juga Sekda Kota Magelang jauh lebih unggul dari nama-nama yang disebutkan responden. Pada pertanyaan ini muncul 14 nama yang disebutkan responden menghiasi bursa calon wali kota versi masyarakat.

‘’’Dalam survei ini kami mendapatkan temuan bahwa yang muncul sebagai kandidat bukan dari kalangan politisi, tapi justru nonelit parpol. Nama yang disebut responden cukup merata ada politisi, profesional dan PNS, jadi menyebar tidak ada dominasi dari para politisi,’’ kata  Direktur M Research, Najih Su’udi, kemarin.

Dia menjelaskan, metodologi survei menggunakan quota sampling sebanyak 500 responden. Setiap responden mengupload foto E-KTP untuk menunjukkan bahwa mereka adalah warga Kota Magelang,  dan memiliki hak pilih dalam Pilwalkot 2020.

Pihaknya bersama Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Universitas Tidar Magelang juga melakukan verifikasi secara manual untuk mengecek keabsahan data dari responden.

Meski ini adalah survei online namun menggunakan teknik dan proses ilmiah seperti layaknya survei kuisoner offline.

‘’’Di Indonesia banyak lembaga atau kelompok melakukan survei online. Tapi di Kota Magelang kita terapkan survei online dengan konsep yang berbeda menggunakan validasi data E KTP,”ujarnya.

Najih mengaku, setiap survei pasti ada kelemahan, tapi yang terpenting adalah keterlibatan masyarakat Kota Magelang meski tidak dibatasi samplingnya harus dari dapil mana.

‘’Ini riil suara masyarakat Kota Magelang meski teknik pengambilan sampling berbeda dengan survei offline dengan kuisoner. Yang terpenting justru nama-nama yang muncul ini adalah bener-bener aspirasi masyarakat,’’tambahnya.

Najih yang juga terlibat dalam media dan survei Pilpres 2019 ini menjelaskan, pengusulan calon pemimpin merupakan kewenangan dari partai politik sesuai dengan (UU MD3) yakni UU No 2 Tahun 2018 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

‘’’Di sini M Research mencoba membangun jembatan berupa survei online untuk menghubungkan aspirasi masyarakat dengan pemangku kebijakan,’’ tegasnya. (Doddy Ardjono)