blank
Kegiatan haul Pangeran Diponegoro yang berlangsung di Komplek Museum BPK eks Kantor Bakorwil Kedu - Surakarta di Magelang, (Humas Pemkot Magelang)

blankMAGELANG (SUARABARU.ID)- Ketua Paguyuban Trah Pangeran Diponegoro (Patra Adi) Ki Roni Sodewo mengapresiasi kegiatan peringatan Haul Ke-3 Pangeran Diponegoro yang digelar di Kota Magelang, Rabu (8/1).

Haul yang diadakan di Komplek Museum BPK RI eks Kantor Bakorwil Kedu – Surakarta itu dinilai menjadi langkah bagus dalam mengenal dan mengenang jasa pahlawan keturunan Raja Mataram Jogja tersebut.

‘’Ini langkah bagus entah ada keterlibatan pemerintah atau tidak. Ini momentum untuk mengenalkan pada generasi muda, salah satu ilmu yang patut kita ambil dari Sang Pangeran adalah jujur,’’ jelasnya.

Ki Roni Sodewo yang generasi ke-7 Pangeran Diponegoro itu menuturkan, haul serupa juga dilaksanakan di Makassar, Bogor, Banyumas dan Semarang. Dia menerangkan, trah Pangeran Diponegoro tersebar di berbagai negara, antara lain di Serbia dan Eropa.

‘’Mari kita ajak masyarakat sadar sejarah. Mari ajarkan anak-anak belajar sejarah, beri anak-anak dongeng sejarah. Agar genarasi muda peduli sejarah,’’ ajaknya.
Haul Pahlawan Nasional itu dihadiri Wakil Wali Kota Magelang Windarti Agustina, Pangdam IV/Diponegoro Mayjend TNI Mochamad Effendi, Kapolres Magelang Kota AKBP Idham Mahdi dan para undangan.

Windarti, saat membacakan sambutan tertulis Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito mengatakan, haul ini dilaksanakan tepat di hari meninggalnya Pangeran Diponegoro, 8 Januari 1855 atau 165 tahun silam.

Pihaknya merasa perlu mengadakan haul ini, karena Sang Pangeran memiliki jejak sejarah penting di wilayah Kota Magelang. Menurutnya, banyak hal yang bisa dipetik dari kisah perjuangan Pangeran Diponegoro.

Dalam Perang Jawa, Diponegoro mampu membuat Belanda rugi besar. Sekitar 25 Juta Golden Belanda waktu itu habis untuk membiayai perang melawan Diponegoro. Kemudian, sebanyak 15.000 tentara Belanda juga tewas, sedangkan pejuang bangsa yang gugur syuhada 200.000 orang.

‘’Beliau keturunan raja, tapi rela ke luar dari gemerlap keraton dan memilih tinggal bersama rakyat di Tegalrejo. Sampai akhirnya berjuang melawan Belanda,’’ ungkapnya.
Haul ditutup dengan doa bersama dan tausyiah KH Yakub Mubarok dari Parakan, Temanggung. (hms)

Editor : Doddy Ardjono