HUT 50 Tahun GKPII, Wujudkan Damai bagi Umat dan Bangsa
Anak-anak dari Kampung Kemijen menyajikan tari-tarian dalam perayaan HUT 50 tahun GKPII Kidron, Sabtu (7/12/2019) malam. (foto: hery priyono)

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Dalam rangka hari jadi yang ke-50 tahun, Gereja Kristen Protestan Injili Idonesia (GKPII) Kidron menggelar perayaan sederhana, Sabtu (7/12/2019) malam.

Gereja yang berlokasi di jalan Cilosari Dalam III, Kemijen, dalam acara tersebut diisi dengan puji-pujian dari jemaat, pembacaan firman, doa syafaat, tarian anak-anak dari Kelurahan Kemijen, hingga paduan suara anak-anak sekolah Minggu.

Sinode GKPII Nathaniel Fordatkosu dalam sambutannya mengucapkan rasa terima kasih kepada generasi penerus yang menjadi jemaat gereja. Sesuai temanya, GKPII yang kini memasuki usia ke-50 tahun menandakan tantangan sudah teruji sekian lama.

“HUT 50 tahun itu berarti tahun emas, ini ibaratnya gereja telah bertumbuh menjadi dewasa semakin dihadapkan dengan tantangan. Bagaikan pohon tumbuh tinggi semakin dihadapkan dengan angin badai, akar pohon yang kuat ini terus tumbuh. Gereja ini milik tuhan, bukan milik pribadi perseorangan,” katanya.

Menurut ketua panitia Markus Romera, untuk perayaan 50 tahun GKPII ini mengangkat tema Iman yang Teruji Bagai Emas Murni dan sub tema Dengan Iman Kita Wujudkan Damai Sejahtera bagi Umat, Masyarakat dan Bangsa.

“Ini artinya seluruh umat bisa meningkatkan hidupnya dalam berketuhanan dan dalam satu kesatuan berbangsa sehingga bisa mewujudkan damai. Kalaupun sekarang dihadapkan pada tantangan, tidak akan sia-sia jika hidup dalam iman,” katanya.

HUT 50 Tahun GKPII, Wujudkan Damai bagi Umat dan BangsaLebih jauh Markus mengatakan, awal mula dari gereja ini berasal dari 2 jemaat yaitu Yabok yang sekarang ada di Jangli dan Kidron yang ada di Kemijen dimana seluruhnya yang datang berasal dari seluruh Indonesia.

“2 jemaat GKPII mula-mula yaitu jemaat GKPII Kidron (Cilosari) dan Yabok (Jangli) dan pada akhirnya berkembang jadi 115 jemaat GKPII di seluruh Indonesia pada tahun 1988. Namun karena ada perpecahan di Tahun 1998 maka jemaat di Timor Timur harus terlepas dan GKPII hingga saat ini berjumlah 72 jemaat di 8 provinsi se-Indonesia,” katanya.

Dirinya menambahkan, dulunya orang-orang yang beribadah di gereja tersebut merupakan perantauan yang datang ke Semarang. Ibaratnya Indonesia kecil, anggota gereja saat ini ada yang berasal dari Timor timur, Ambon, Papua, Maluku, Batak, bahkan dari Purwodadi.

Terbentuknya GKPII melalui proses yang diawali dari suatu system penginjilan pribadi yang dilakukan oleh Ds. Jordan Alexander Luturyali yang semula menjabat selaku pendeta di Gereja Protestan Maluku (GPM), kemudian mundur dan hijrah ke Pulau Jawa pada tahun 1969.

Luturyali kemudian mengajukan lamaran untuk bekerja pada Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) di Kota Semarang sambil menunggu penerimaannya beliau mengadakan pelayanan penginjilan pribadi bagi para anggota gereja yang merupakan para perantau.

Dari pelayanan Luturyali, para umat memutuskan untuk mengadakan suatu musyawarah yang memutuskan untuk dapat membentuk suatu lembaga baru yang dapat menaungi mereka dengan nama Gereja Kristen Protestan Indonesia, dan akan melakukan proses pembentukannya melalui suatu musyawarah besar yang dilaksanakan pada 7 Desember 1969.

Berdirinya GKPII ditandai dengan ibadah perdana disertai dengan pembacaan dan penandatanganan naskah pendirian GKPII pada tanggal 07 Desember 1969 dan disaksikan langsung oleh pemerintah.

Pada tahun 1972 Pemerintah Kota Semarang merestui berdirinya GKPII dan mengeluarkan surat keterangan pendaftaran yang ditandatangani oleh Dirjen Bimas Kristen Kementerian Agama RI pada saat itu.