blank
ilustrasi quipper.com

blank

ADA cara unik dilakukan para pawang hujan saat menyingkirkan atau “menolak” hujan. Diantaranya minta bantuan didoakan  kerabat yang sudah meninggal dari pihak keluarga yang minta bantuan.

Lazimnya dalam tradisi agama, mereka yang masih hidup yang mendoakan yang sudah meninggal. Namun ada tradisi para pawang hujan yang justru mengharap bantuan doa dari orangtua atau leluhur yang sudah meninggal dari pihak yang minta bantuan memawangi hujan.

Mereka meyakini, para ahli kubur itu doanya lebih makbul dibanding doa orang yang masih hidup. Itu karena mereka sudah tidak makan nasi dan garam, seperti orang  tirakat, sehingga doanya diyakini lebih ampuh.

Setiap pawang punya tradisi berbeda. Misalnya, saat diminta bantuan untuk memawangi, misalnya acara resepsi pernikahan, ada pawang yang perlu ziarah ke makam leluhur dari pihak keluarga yang minta bantuan untuk “nambak”  atau menyisihkan hujan.

Selain itu, pawang perlu tahu nama desa yang akan dipawangi dan nama desa – desa sekitarnya, karena kerja mereka itu bukan menolak hujan, melainkan menyingkirkan sesaat ke desa sebelah. Salah satu mantranya: “Ya Allah kula nyuwun supados udan wekdal menika nisih, bismillah, kunfayakun, dadiya terang, dst. (Ya Allah saya mohon agar hujan saat ini menyingkir) ke nama desa sekitar.                           

Setiap pawang mengamalkan mantra sesuai alirannya. Selain mantra yang “serius” kadang ada mantra yang jenaka, misalnya :  “langite ora sida udan ‘lamun udan mung sak uyuh jaran” (Langit tidak jadi hujan, andaikan hujan pun hanya seukuran kencing kuda), dan mantra ini dibaca sambil menancapkan sapu lidi dalam posisi terbalik .

Setiap pawang memiliki tradisi berbeda. Menjelang resepsi pernikahan saya, langit tampak gelap. Pawang lalu melakukan prosesi ritual, diawali dengan  ziarah kubur ke leluhur  keluarga yang minta bantuan.

Pawang  juga perlu tahu nama desa yang akan dipawangi dan desa sekitarnya. Karena etika kerja pawang itu bukan menolak hujan, melainkan menyingkirkan sesaat, sesuai doa atau mantranya, misalnya Ya Allah kula nyuwun supados udan wekdal menika nisih  (Ya Allah saya mohon agar hujan saat ini menyingkir) ke nama desa sekitar. Bismillah, kunfayakun, dadiya terang, dst.

Menolak Hujan Rahmat?

Ada yang mengatakan, karena hujan itu rahmat, maka menolak atau mingkirkannya diyakini menolak rahmat Tuhan. Namun ada pendapat, menyingkirkan hujan sepanjang ada nilai manfaatnya diperbolehkan.

Bahkan dalam suatu riwayat, Nabi Muhammad SAW pernah berdoa untuk menyingkirkan hujan. Allahumma hawalaina walaa ‘alaina, Allahumma ‘alal aakami wal jibali, wazh-zhirabi, wa buthunil awdiyati, wa manaabitisy-syajari.

(Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk untuk merusak kami. Ya Allah turunkanlah hujan ke dataran tinngi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan).

Hal itu dilakukan Nabi ketika di suatu daerah terjadi banjir dan hewan ternak pada hanyut. Nabi berdoa agar hujan diturunkan di tempat lain yang tandus, di gurun-gurun, dsb. Jadi, sepanjang ada kebaikan didalamnya, diperbolehkan.

Pawang Komersial

Pada komunitas pawang komersial, sering kali terjadi persaingan dan bahkan saling mengganggu, terutamanya pawang yang sering digunakan untuk even perusahaan besar. Dan jasa pawang pun dimanfaatkan ketika ada proyek yang ketika turun hujan, proyek itu bisa terganggu.

Pernah terjadi di suatu daerah yang sedang mengerjakan proyek pabrik kimia. Untuk mengejar target, pihak perusahaan memanfaatkan tujuh pawang hujan terbaik dari berbagai daerah, dan mereka bekerja bergiliran.

Hujan memang tidak turun pada lokasi itu, walau wilayah sekitar hujan. Dan itu membuat warga marah kemudian melawan dengan cara tradisi. Yaitu memasukkan alu (alat penumbuk padi) ke dalam sumur. Ada yang membalik  genteng.

Saat perusahaan A sedang adakan konser musik, pawang dari perusahaan B mencoba menggagalkannya. Dan untuk mendeteksi aktivitas itu dapat dilihat dari mendung yang berjalan pada dua arah.

Ngerjain pawang hujan, adakalanya diperlukan jika aktivitasnya sudah melanggar hak-hak warga atau kepentingan umum.

Masruri adalah pengamat dan konsultan metafisika. Tinggal di Sirahan, Cluwak, Pati.