Menaker Dorong Antisipasi Otomatisasi dengan Peningkatan Keahlian
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah menyambangi Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja (BBPLK) Kota Semarang, Selasa (26/11/2019). (foto: hery priyono)

SEMARANG – Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah, Selasa (26/11), mengunjungi Balai Besar Pengembangan dan Pelatihan Kerja (BBPLK) Semarang dalam rangka penutupan Rapat Koordinasi (rakor) bidang pelatihan dan produktivitas.

Dalam sambutannya Ida mengingatkan tantangan persoalan tenaga kerja saat ini adalah otomatisasi, dimana sejumlah bidang pekerjaan dimasa depan akan hilang, ini juga sebagai tantangan menghadapi era industrialisasi 4.0.

“Tantangan 5 tahun ke depan di era industri 4.0 akan banyak pekerjaan terdampak otomatisasi, 23 jenis pekerjaan akan terdampat industrialisasi 4.0. Sampai 2030 nanti akan ada 27 hingga 46 juta pekerjaan baru dengan 10 juta di antaranya jenis pekerjaan baru yang belum pernah ada sebelumnya,” kata Menaker.

Oleh karena itu, Ida menjelaskan, mulai saat ini harus sudah diproyeksikan 6 hingga 23 juta tenaga kerja yang harus ikut pelatihan. Dibutuhkan pengembangan pelatihan model pekerjaan baru, pemagangan, dukungan pendapatan melalui program jaminan sosial, serta kolaborasi antara publik dan swasta.

“Kebijakan vokasi kita saat ini fokus pada 3 sasaran utama, yaitu skilling kepada para pengangguran muda, reskilling kepada para pekerja yang terdampak PHK, dan upskilling kepada pelaku usaha kecil menengah. Selain itu kebijakan ketenagakerjaan juga dituntut harus lebih fleksibel agar menciptakan suasana kondusif dan kompetitif,” katanya.

Menaker Dorong Antisipasi Otomatisasi dengan Peningkatan Keahlian
Penutupan rapat koordinasi (rakor) bidang pelatihan dan produktivitas Kemnaker ditutup dengan pagelaran fashion show dari para desainer hasil pelatihan di Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja (BBPLK) Kota Semarang, Selasa (26/11/2019). (foto: hery priyono)

Sementara itu, Dirjen Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Kemnaker Bambang Satrio Lelono mengatakan bahwa saat ini negara terus mengembangkan pelatihan-pelatihan terhadap sumber daya manusia untuk menjadi tenaga kerja produktif siap pakai.

“Balai latihan kerja (BLK) ini garda depan peningkatan kompetensi tenaga kerja kita agar mereka bisa mempunyai keahlian. Untuk saat ini secara keseluruhan kita punya 1000 BLK komunitas, dan tahun depan kita berencana membangun 2000 BLK komunitas,” katanya.

Sebagai catatan, dari hasil pelatihan keahlian bidang fashion di BLK bisa menambah kebutuhan tenaga kerja di industrinya. Mulai dari basis dasar perancangan, pembuatan, produksi, hingga pameran dan pemasarannya.

“Bidang fashion menyumbang devisa tinggi ke tiga terbesar setelah bidang kuliner dan bidang kriya. Apalagi saat ini pelaku bisnis fashion semakin bertambah, banyak pengusaha muda bergerak dibidang fashion. Oleh karena itu, sumber daya tenaga kerjanya juga semakin dibutuhkan banyak,” katanya. (suarabaru.id)