blank
Untuk melakukan pembentukan Destana, terlebih dahulu disiapkan relawan siaga bencana di masing-masing desa. Mereka dilatih tentang karakter bencana sampai penanggulangannya.

WONOGIRI – Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonogiri, Bambang Haryanto, menyatakan, sampai saat ini telah terbentuk 66 Desa Tangguh Bencana (Destana). Jumlah ini mencapai 22,44 persen dari total desa/kelurahan di Kabupaten Wonogiri sebanyak 294 desa. Bersamaan pembentukan Destana, dilakukan pemetaan lokasi rawan bencana. Utamanya bencana kekeringan, banjir, longsor dan tsunami.

Selasa (18/11), Bambang Haryanto, menyatakan, sebanyak 66 desa/kelurahan Destana tersebut terdiri atas 8 desa kategori Destana Utama, 2 desa Destana Madya, dan 36 Destana Pratama. ”Upaya pembentukan Destana terus dilakukan secara bertahap, oleh masing-masing desa dan kelurahan. Sehingga dari hari demi hari, jumlahnya akan semakin bertambah terus,” tegasnya.

Sebagaimana dicontohkan, BPBD Kabupaten Wonogiri telah melaksanakan pendampingan dan fasilitasi pembentukan Destana kualifikasi Pratama di Desa Suci, Kecamatan Pracimantoro dan di Kelurahan Wonokarto Kecamatan Wonogiri Kota. Masing-masing diikuti oleh 30 orang.peserta.

blank
Para relawan siaga bencana tingkat desa, mengikuti pelatihan pembuatan peta rawan bencana. Ini dilakukan dalam upaya pembentukan Destana.

Dalam rangka memperkuat ketangguhan dan kemandirian masyarakat di daerah potensi rawan bencana, BPBD telah melaksanakan pendampingan dan fasilitasi pembentukan Destana kualifikasi Pratama di 4 desa di wilayah Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri. Yakni di Desa Genukharjo, Desa Pulutan Kulon, Desa Mopoharjo, dan Desa Sumberejo. ”Masing-masing diikuti 30 orang relawan desa,” jelas Bambang Haryanto.

Bersamaan itu, juga dilakukan pembentukan Destana lintas kabupaten. Ini dilakukan bersama dengan BPBD Kabupaten Sukoharjo, di 3 desa di Kabupaten Sukoharjo. Yakni dengan menggelar pelatihan selama 2 hari di Balai Desa Bugel, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo. Jumlah pesertanya sebanyak 90 orang relawan bencana dari Desa Bugel Kecamatan Polokarto, Desa Laban Kecamatan Mojolaban, dan Desa Desa Pandeyan Kecamatan Grogol. Masing-masing desa menyertakan 30 orang kader relawan bencana. Ketiga desa di Kabupaten Sukoharjo tersebut, memiliki potensi kerawanan terhadap bencana banjir.

Adapun materi yang diberikan dalam pelatihan Destana, meliputi manajemen penanggulangan bencana, konsepsi Desa Tangguh Bencana (Destana), bahaya kerentanan resiko dan kapasitas ragam ancaman. Dalam pelatihan, juga dilakukan pembahasan kerawanan bencana di masing-masing desa, di tiga tempat terpisah. Dibahas pula mengenai jenis dan ragam ancaman bencana di desa masing masing, dirangkai dengan pemetaan ancaman bencana sesuai peringkat ancamannya, mengenali karakter bencana, dan mempersiapkan kewaspadaan dini, penilaian resiko dan penetapan rekomendasi beserta struktur komandonya.

blank
Dalam mempersiapkan pembentukan Destana, para relawan siaga bencana tingkat desa mengikuti pelatihan penanganan bencana. Dalam pelatihan, diberikan pula materi simulasi penanggulangan bencana.

Pada hari kedua pelatihan, peserta diberikan materi perlunya pemahaman terhadap review materi hari pertama, yakni dengan melakukan paparan masing-masing bidang operasi, untuk pemenuhan kebutuhan dasar. Juga dilakukan pembuatan peta rawan bencana dan penetapan arah jalur evakuasi ketika terjadi bencana, serta pengenalan kondisi, diteruskan melakukan simulasi penanganan bencana serta penetapan Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL).

Hasil dari RKTL, dibuat pembentukan Surat Keputusan (SK) relawan, penyempurnaan dokumen, pembuatan rambu jalur evakuasi dan titik kumpul, kerja bakti bersih-bersih sungai. Dirangkai dengan melakukan sosialisasi ke warga, terkait langkah penanggulangan bencana. Sosialisasi dilakukan pada momentum pertemuan warga di tingkat RT, rapat PKK, pertemuan Karang Taruna dan organisasi kemasyarakatan (Ormas) yang eksis di desa.

Bersamaan itu, dilakukan penyampaian program kegiatan penanggulangan bencana melalui Musrenbangdes, agar direspon untuk mendapatkan dukungan kebijakan dan pendanaannya dari anggaran desa. Termasuk untuk pengadaan peralatan dasar guna mengevakuasi korban bencana. Berikut rencana tindak lanjut peningkatan kapasitas dan pelatihan-pelatihan, agar mendapatkan dukungan dana dari APBDes.

suarabaru.id/Bambang Pur