blank
FOTO BERSAMA : Dari kiri ke kanan, Rektor UNS Prof Dr Jamal Wiwoho SH MH, Prof Dr Pranoto sebagai Guru besar Kimia Lingkungan Air Fak MIPA UNS, Prof Dr Munawir Yusuf MPsi sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen Pendidikan Inklusif FKIP UNS, Prof Dr Eng Syamsul Hadi ST MT, dan Ketua Senat UNS Prof Dr Adi Sulistyono SH MH, berfoto bersama usai sidang senat terbuka UNS, Senin (18/11). (suarabaru.id/Adji W)

SOLO, SUARABARU.ID – Guru Besar Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta bertambah menjadi 209 orang. Menyusul pengukuhan Prof Dr Pranoto sebagai Guru besar Kimia Lingkungan Air Fakultas MIPA UNS dan Prof Dr Munawir Yusuf MPsi sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen Pendidikan Inklusif FKIP UNS, serta  Prof Dr Eng Syamsul Hadi ST,MT sebagai Guru Besar  Bidang Ilmu Teknik Mesin Fak. Teknik UNS. Upacara pengukuhan Guru Besar yang berlangsung dalam sidang Senat Terbuka UNS, dipimpin Rektor Prof Dr Jamal Wiwoho SH MH di gedung Auditorium setempat, Senin (18/11).

Prof Dr Pranoto dalam pidato pengukuhan “Pemanfaatan Lempung Aktif Alofan sebagai Adsorben Alam Dalam Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan” memaparkan, hasil penelitian menunjukkan Alofan memiliki kemampuan sebagai penyerap logam berat, zat warna dan bahan berbahaya (B3).

Adapun kemampuan daya serap mencapai sekitar 90 persen . Alofan alam dapat dimanfaatkan sebagai adsorben ion logam berat karena mempunyai porositas tinggi, lorong yang saling berhubungan dan permukaan kasar, juga mempunyai kapasitas tukar ion yang tinggi.

“Alofan alam diaktivasi secara fisik, mekanik dan kimia untuk membuka pori-porinya dari pengotor serta meningkatkan luas permukaan spesifiknya. Sehingga diperoleh kemampuan adsorpsi optimal,“ tandasnya.

Sementara itu Prof Dr Munawir Yusuf MPsi sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen Pendidikan Inklusif FKIP UNS dalam pidato pengukuhan “Paradigma Baru Pendidikan bagi Peserta Berkebutuhan Khusus dan Implikasinya Terhadap Manajemen Sekolah“ menyatakan, data Pusdatin Kementerian Kesehatan menyebutkan penyandang disabilitas di Indonesia terdata 11.580.117 orang. Terdiri 3.474.035 penyandang disabilitas pengelihatan; 3.010.830 penyandang disabilitas fisik ; 2.547,626 penyandang disabilitas pendengaran dan 1.389.614 penyandang disabilitas mental serta 1.158.012 penyandang disabilitas kronis.

Disabilitas Mental dan Intelektual

Menurut WHO, di Indonesia  terdapat sekitar 24 juta orang yang tergolong disabilitas termasuk orang tua disabilitas mental dan intelektual. Menurut Badan Pusat Statistik baru 40 persen penyandang disabilitas usia sekolah yang bersekolah dan 60 persen sisanya belum mendapatkan layanan pendidikan optimal.

“Jika sistem pendidikan bagi  anak berkebutuhan khusus di Indonesia hanya bertumpu pada pendekatan konvensional dengan mengandalkan ketersediaan SLB, dipastikan akan semakin banyak anak berkebutuhan khusus yang tidak mendapat layanan pendidikan. Sehingga perlu dicari cara agar hak pendidikan bagi semua anak dapat dipenuhi sesuai tuntutan Perundang-undangan,” jelas Prof Munawir.

Prof Dr Eng Syamsul Hadi ST MT sebagai Guru Besar  Bidang Ilmu Teknik Mesin Fak Teknik UNS dalam pidato pengukuhannya menyatakan, kebijakan energi nasional mengamanatkan target bauran energi terbarukan dalam bauran energi primer paling sedikit 23 persen tahun 2025. Sekaligus meminimalkan penggunaan  minyak bumi kurang dari 25 persen di tahun 2025. Salah satu upaya  meningkatkan  penggunaan energi terbarukan yaitu Green Building Program. Program ini mengatur penggunaan sumber daya  secara efisien pada sebuah bangunan dalam seluruh siklus hidupnya.

“Potensi air  di Indonesia sebagai sumber energi terbarukan sangat menjanjikan. Karena tinggi curah hujan dengan rata rata bulanan pada tahun 1961- 1993 mencapai 250 mm berdasarkan parameter model Eropean Center for Medium Range Weather Forecast (ECMWF). Selain itu pertumbuhan bangunan bertingkat yang sangat tinggi memberikan keuntungan dalam memanfaatkan air limbah yang mengalir dalam pipa untuk kebutuhan pembangkit skala pico /nano”, jelasnya.

Rektor UNS Prof Dr Jamal Wiwoho SH MH  dalam sambutannya menyadari bahwa mengenyam pendidikan setinggi-tingginya adalah impian kesuksesan semua orang. Untuk mencapai puncak tertinggi akademik tentunya banyak sekali tantangan yang harus dilalui.

Sebuah kesuksesan apa pun itu bentuknya, tidak akan pernah diraih kalau sebelumnya memang kita tidak pernah memimpikanya sama sekali. Apalagi pencapaian gelar Guru Besar diraih pada saat usia masih produktif.

“Seperti halnya Universitas Sebelas Maret yang kita cintai ini, pada usianya relatih masih muda, yakni 43 tahun, ternyata telah mampu berdiri sejajar dengan perguruan tinggi besar lainya yang terlebih dahulu lahir.  Yaitu memperoleh pengakuan sebagai penghuni klaster 1 perguran tinggi terbaik Indonesia versi Kemenristekdikti pada tahun 2019,” kata Jamal. (Adji W)