blank
FOTO BERSAMA: Dari kiri ke kanan, Ketua Senat Prof Dr Adi Sulistyono SH MH, bersama tiga guru besar baru UNS Surakarta, Prof Dr Suciati MPd, Prof Dr Leo Agung S MPd dan Prof Dr Istadiyantha MS berfoto bersama didampingi Rektor UNS, Prof Dr Jamal Wiwoho SH, MHum dalam sidang Senat Terbuka di kampus setempat, Selasa (5/11) (suarabaru.id/Adji W)

SOLO, SUARABARU.ID – Guru besar di lingkungan Universitas  Sebelas Maret (UNS) Surakarta bertambah jumlahnya menjadi 206 orang. Menyusul pengukuhan tiga guru besar dalam sidang Senat Terbuka UNS dipimpin Rektor Prof Dr Jamal Wiwoho SH MHum di Auditorium GPH Haryo Mataram kampus setempat, Selasa (5/11).

Tiga guru besar  yang dikukuhkan yakni Prof Dr Suciati MPd dan Prof  Dr Leo Agung  S MPd, dari Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS, serta Prof Dr Istadiyantha MS dari Fakultas Ilmu Budaya.

Prof Dr Suciati MPd Guru besar bidang Ilmu Pendidikan IPA dalam pidato pengukuhannya menyoroti perlunya penggunaan teknik scaffolding dalam pembelajaran Ilmu Pengethuan Alam (IPA).

Dikemukakan pembelajaran IPA tengah mengalami transisi paradigma dari sekadar transfer of knowledge menuju pembelajaran berorientasi penemuan (inkuiri). Perubahan paradigma merupakan proses panjang dan penuh rintangan serta tantangan. Untuk mewujudkannya perlu inovasi pembelajaran menggunakan teknik yang tepat.

“Guru IPA  dalam menerapkan pembelajaran berorientasi inkuiri perlu dilengkapi dengan teknik scaffolding. Tujuannya agar peserta didik terbantu dan pada akhirnya terbiasa membangun pengetahuannya secara mandiri. Melalui cara ini kemampuan berpikir ilmiah peserta didik dapat berkembang,“ jelasnya.

Pembentukan Watak

Sementara itu Prof  Dr Leo Agung  S MPd, Guru Besar Bidang Ilmu Pendidikan dalam pidato pengukuhannya menyatakan, sejarah membuktikan proyek pembentukan watak tidak cukup berhasil dilaksanakan selama kurun waktu demokrasi terpimpin ataupun orde baru.

Karakter menjadi fondasi dari etika dan moral terwujud dari pengetahuan, sikap dan tindakan siswa. Kearifan lokal menjadi sumber paling ideal dalam pembentukan karaklter siswa. Peranan kearifan lokal dalam hal ini adalah menyediakan nilai- nilai yang menjadi sumber dari karakter tersebut.

“Melalui Pendidikan karakter berbasis muatan kearifan lokal, setiidaknya generasi muda Indonesia  tidak mengalami keterasingan dalam pergaulan  di tingkat lokal, nasional atau global,“ terangnya.

Masih dlam kesempatan sama, Guru Besar bidang Ilmu Kajian Timur Tengah Fakultas Ilmu Budaya UNS Prof Dr Istadiyantha MS dalam pidato pengukuhannya mengatakan perlunya pemaknaan baru dalam upaya peningkatan jalinan kerjasama Indonesia dengan negara  di Timur Tengah.

blank
PENGUKUHAN: Prof Dr Leo Agung S MPd tengah menerima pengalungan sebagai Guru Besar dari Rektor UNS Prof Dr Jamal Wiwoho SH, MHum (paling kiri) dibantu Ketua Senat Prof Dr Adi Sulistyono SH MH (paling Kanan) dalam sidang Senat Terbuka di kampus setempat, Selasa (5/11) (suarabaru.id/Adji W)

Teori Dekontruksi memberi peluang untuk melakukan pemaknaan baru. Sehingga opini publik yang sering menggeneralisasikan bahwa selain Timur Tengah sebagai daerah religius dapat ditemukan zona alternatif dari hasil pemetaan wilayah setempat.

“Guna menyongsong Era 5.0  dengan tema Humanisme, Indonesia dan Timur Tengah berkesempatan merumuskan bentuk humanisme yang akan dikontribusikan. Humanisme yang dikembangkan harus terkontrol oleh tiga hal meliputi antroposentris, ekosentris dan teosentris,“ paparnya.

Sementara itu Rektor UNS Prof Dr Jamal Wiwoho SH, MHum mengajak para dosen memaksimalkan upaya dalam menumbuhkan potensi mahasiswa agar memiliki kemampuan berpikir dan mencipta.

”Pendidikan harus bisa membawa generasi muda pada masa depan bekerja bersama mesin, bukan mengajaknya melawan mesin. Peran pendidik tidak pernah tergantikan oleh kecerdasan buatan. Konsekuensinya seorang dosen harus terus meningkatkan kompetensi,” tandas Rektor UNS.

Suarabaru.id/Adji W