blank
Dr Ir Sri Puryono KS, MP, penggurit, Ketua KSBN Jateng

Oleh: Sri Puryono KS

SIDDIQ, amanah, tabligh, fathanah. Empat suku kata ini begitu populer sebagai karakter personal Rasulullah Nabi Muhammad yang bukan hanya mengalir dalam nadi dan darah kehidupannya, melainkan juga memancar secara istikamah sebagai sifat kepemimpinannya.

Setiap kali berlangsung pergantian kepemimpinan, atau pengangkatan pemimpin dalam level apa pun, seperti pengangkatan para menteri Kabinet Kerja II oleh Presiden Joko Widodo, sifat-sifat kenabian yang bermakna “benar, dapat dipercaya, menyampaikan, dan cerdas” selalu diapungkan sebagai konten pesan untuk mengingatkan mereka yang sedang mendapat amanah.

Realitasnya, betapa berat menjalankan empat sifat tersebut. Bahkan seringkali pula kita simak pesan bahwa “ketika mendapatkan kepercayaan sebagai pemimpin, ucapan yang kita sampaikan seharusnya adalah astaghfirullahal adzim, dan bukan mengucap alhamdulillah”.

Pesan tersebut memuat makna, amanah merupakan beban kepercayaan, dan bukan capaian yang harus disambut dengan kegembiraan dan pesta-pesta syukuran.

Kegembiraan hanya akan kita ungkapkan manakala kita selesai menunaikan amanah dengan penuh tanggung jawab, dan kalimat alhamdulillah diucapkan ketika kita menutup masa tugas dengan husnul khatimah, tanpa kasus-kasus yang membelakangi kepercayaan rakyat.

Teladan Sifat Kenabian

Kondisi seperti inilah yang saya harapkan dihayati oleh para tokoh yang baru saja diangkat sebagai menteri oleh Presiden Jokowi. Rasa bahagia dan bangga secara manusiawi pasti ada, karena ini adalah momen pencapaian yang tidak setiap orang mendapatkannya.

Kondisi manusiawi itu patut dipahami, tetapi segeralah kembali ke pikiran bahwa tanggung jawab terhadap amanah merupakan langkah terbaik menyikapi kebahagiaan itu.

Bagaimana pun, atmosfer penyelenggaraan negara dan pemerintahan di berbagai level sekarang ini, wajib membuat kita merenung dan menghayati. Operasi Tangkap Tangan (OTT) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi yang masih terus terjadi terhadap para penangung jawab kepemimpinan di berbagai level, menunjukkan virus korupsi sudah sedemikian akut menggerogoti sendi-sendi kehidupan kita sebagai manusia.

OTT-OTT itu belum mampu mendeterminasi kondisi yang menerbitkan efek jera. Manusia-manusia dengan baju jabatannya lebih memilih mengeksplorasi celah dan peluang untuk berbuat menyimpang ketimbang menghayati dan memancarkan sifat siddiq dan amanah.

Persoalan akut ini tidak terlepas dari keminiman pemahaman dan penghayatan terhadap sifat kerasulan yang sebenarnya universal. Minim memahami, minim menghayati. Minim pula memancarkannya. Padahal keempat sifat nabi itu, hakikatnya adalah kuartet holistik yang merupakan pancaran sifat-sifat kepemimpinan berkarakter.

Dalam keholistikan itu melekat kondisi preventif, karena keempat sifat tersebut menjaga mereka yang menghayati untuk istikamah menjalankannya.

Kondisi preventif secara langsung maupun tidak langsung juga mencegah pemimpin agar tidak memanfaatkan posisi dan peluang-peluangnya. Dia terjaga secara fathanah untuk menghindari bias yang timbul dari ketidakamanahan.

Sosialisasi Masif

Saya merasa, betapa penting kita kembali menggencarkan sosialisasi sifat-sifat kenabian itu di dalam kurikulum dasar pendidikan kepemimpinan.

Semua forum, baik sekolah, perguruan tinggi, maupun kegiatan-kegiatan lainnya, dimanfaatkan secara total untuk sosialisasi. Apalagi empat sifat Rasul itu hakikatnya juga mencermin di dalam sila-sila Pancasila.

Betapa indah andai seluruh elemen bangsa ini, mengembalikan kultur kehidupan dengan basis paguyuban. Berlangsung suasana saling kontrol, dan kondisi ini tentu menjadi atmosfer preventif karena warga berkegiatan dengan saling mengingatkan. Maka siddiq, amanah, tabligh, dan fathanah secara otomatis juga bisa dipancarkan sebagai laku keseharian.

Keteladanan kepemimpinan hanya akan lahir dari kemauan untuk berorientasi pada kemaslahatan bangsa. Orientasi itulah yang kita harapkan menjadi sikap dari para menteri yang baru saja diumumkan. Setidak-tidaknya, selalu berpalinglah pada empat matra sifat kenabian yang akan menyegarkan kesadaran tentang sifat amanah.

 

— Dr Ir Sri Puryono KS, MP, Sekda Provinsi Jawa Tengah dan dosen luar biasa Universitas Diponegoro.