blank
Dengan dibantu tetangga, Mbah Kilah, janda renta ikut berebut bantuan air bersih dari Polres Kudus di Desa Bulungcangkring, Jekulo. foto:Suarabaru.id

KUDUS – Suasana Dusun Mijen, RT 1/RW 10, Desa Bulungcakring, Kecamatan Jekulo, Kamis (17/10), cukup ramai. Sejumlah mobil tangki berisi bantuan air bersih yang dibawa rombongan Kapolres Kudus dan ibu-ibu Bhayangkari Polres Kudus, diserbu warga yang dalam beberapa hari terakhir ini memang kesulitan mendapatkan air bersih.

Dengan menggunakan berbagai macam wadah berbagai ukuran, warga terlihat antusias mendapatkan air.  Dibantu personel kepolisian, PMI, sejumlah relawan, dan mahasiswa, air bantuan tersebut kemudian dibagikan ke wadah-wadah yang dibawa warga.

Diantara warga yang berebut air, nampak sosok Mbah Kilah, perempuan renta berusia 75 tahun. Perempuan yang hidup sebatang kara tersebut terlihat membawa beberapa ember agar bisa mendapatkan air bersih yang saat ini menjadi barang langka di desanya.

Namun, tubuh rentanya ternyata tak cukup kuat untuk mengangkut ember yang sudah dipenuhi air menuju rumahnya. Hingga akhirnya, salah seorang tetangganya berbaik hati untuk membantu mengangkat embernya menuju rumahnya yang berjarak sepelemparan batu dari lokasi dropping air.

“Ya mbahnya ini memang kasihan mas, hidupnya sebatang kara dan sudah sepuh lagi,”kata tetangga mbah Kilah yang enggan disebutkan namanya.

Mbah Kilah sendiri saat ditanya mengaku sangat bersyukur atas bantuan air bersih yang datang. Sebab, sudah berminggu-minggu sumur di rumahnya tidak mengeluarkan air.

Selama ini, kata Mbah Kilah, dia memenuhi kebutuhan air bersih dengan minta air ke tetangganya. Terutama untuk kebutuhan konsumsi, selama ini dia dibantu tetangganya karena memang dia tidak mampu dan tidak memiliki uang untuk membeli.

“Sakwontene nek diparingi tanggi, lha wong mboten gadah arto (seadanya kalau dikasih tetangga, lha wong memang gak punya uang,”kata Mbah Kilah.

blank
Meski sudah renta dan miskin, namun Mbah Kilah selama ini belum tersentuh bantuan sosial termasuk kartu BPJS. foto:Suarabaru.id

Dari cerita para tetangga, disebutkan kalau Mbah Kilah sudah bertahun-tahun ini dia hidup sebatang kara. Selama ini dia juga tidak memiliki sumber penghasilan apapun. Kondisi rumahnya pun memprihatinkan, meski berlantai ubin, tapi atapnya sudah mulai keropos dimakan rayap.

Di mata tetangganya, Mbah Kilah justru sosok yang rajin. Setiap hari dia rela menyapu halaman rumah tetangga-tetangganya tanpa minta imbalan uang. Hanya saja, para tetangga yang merasa iba pun tak sungkan memberikan sekedar uang atau makanan untuk kebutuhan hidup Mbah Kilah.

Namun, yang cukup ironis, Mbah Kilah yang kondisinya cukup memprihatinkan tersebut justru tidak pernah tersentuh bantuan sosial apapun dari pemerintah. Padahal, banyak warga yang kondisinya jauh lebih baik dari Mbah Kilah, justru terdaftar dan bisa mendapatkan bantuan sosial.

Termasuk pula dengan BPJS Kesehatan, Mbah Kilah pun tidak memilikinya. Dia hanya berobat ke Puskesmas saat sakit dengan menggunakan KTP untuk bisa mendapatkan pengobatan gratis.

“Sudah pernah disampaikan ke pihak RT, RW atau perangkat desa. Tapi sampai saat ini juga belum didaftarkan. Katanya, jatah nama untuk penerima bantuan sosial sudah habis,” kata tetangga Mbah Kilah.

Sementara, Kepala Desa Bulungcangkring, Kusnan saat dimintai tanggapan terkait kondisi Mbah Kilah mengatakan kalau selama ini pihaknya sudah berusaha memasukkan nama Mbah Kilah dalam daftar keluarga penerima bantuan sosial.

“Ya karena jumlahnya terbatas, memang belum bisa terakomodir. Tapi, kami sudah masukkan jika nanti ada tambahan kuota,”katanya.

Suarabaru.id/Tm