blank
Seorang penari menari di hadapan peserta 'doa puja kretek' yang digelar di monumen Kretek Taman Oasis. foto:Suarabaru.id

KUDUS – Sejumlah penggiat kebudayaan di Kudus menggelar ”Puja Doa Kretek” bertepatan dengan peringatan Hari Kretek. Prosesi tersebut dimaksudkan untuk mengobarkan ruh bagi keberlangsungan industri kretek, yang merupakan budaya asli Indonesia yang lahir di Kudus.

Kegiatan prosesi “Puja Doa Kretek” yang tahun ini merupakan kali kedua diadakan ini, meruoakan kegiatan budaya yang akan dilangsungkan di halaman taman Oasis Kretek Factory PT Djarum, Kamis (3/10)  malam.

Umbul Donga dicetuskan antarpribadi aktivis kebudayaan bertepatan dengan peringatan Hari Kretek Nasional yang jatuh pada 3 Oktober. Hari Kretek Nasional ditetapkan, tambahnya, dengan mengambil momentum peresmian Museum Kretek Kudus pada 3 Oktober 1986 oleh Gubernur Supardjo Roestam.

Prosesi diawali dengan kirab yang dilakukan sejumlah orang lelaki dan perempuan dengan pakaian serba putih layaknya seperti brahmana. Mereka memulai prosesi dengan berjalan beberapa meter dari monumen kretek dengan membawa sejumlah obor, dupa, kembang setaman dan beras kuning, tembakau, cengkeh, serta tumpeng. Sesampai di bawah monumen kretek,  rombongan kemudian duduk membentuk setengah lingkaran.

Pada kesempatan tersebut juga akan diisi penampilan tunggal seorang tari, kemudian pembacaan narasi singkat tentang sejarah Kretek oleh Teresa Rudiyanto, Andreas Teguh dan Ricky Martin, dan puisi oleh Asa Jatmiko.  Sementara, puncak acara diisi dengan doa bersama dari seorang tokoh agama.

Asa Jatmiko, penggagas acara mengatakan gelar Umbul Donga Puja Kretek memang sengaja dilakukan oleh para pegiat seni dan budaya di Kudus sebagai bentuk pernyataan sikap. Pasalnya, selama ini kretek sebagai warisan budaya leluhur masih dianggap sebagai anak tiri terutama oleh pemerintah.

“Banyak kebijakan dan perlakuan pemerintah yang terus menekan industri kretek di tanah air,”tandasnya.

Padahal, rokok kretek yang ditemukan Djamhari, tokoh asal Kudus lebih dari 100 tahun lalu, kini menjadi penopang ekonomi bangsa. Kretek, yang pada awalnya dilinting dengan kulit jagung (klobot), pada masa itu terus berkembang dari tahun ke tahun.

Kontribusi kepada negara dari pabrikan kretek yang ada di Kudus juga selalu melampui target. Data yang dihimpun target pendapatan cukai kretek tahun 2019 dari Kudus senilai Rp 32,66 triliun diyakini bakal terealisasi dan bahkan melampaui yang ditargetkan itu.

“Kami ingin menyuarakan sikap, terutama kepada pemerintah. Janganlah industri yang telah memberikan pendapatan kepada negara ini terus ditekan,”tandasnya.

Suarabaru.id/Tm