Menristekdikti: Teknologi Diesel Dual Fuel Lebih Hemat Energi
Penandatanganan MoU antara PT. Cahya Gemilang Semesta selaku pemegang teknologi konverter kit dengan PT. Para Amartha LNG sebagai industri yang menggunakan konverter kit ini disaksikan langsung oleh Menristekdikti Mohamad Nasir, Minggu (29/9/2019). (hery priyono)

SEMARANG – Teknologi konverter kit hadir sebagai solusi pengolah BBM menjadi BBG dalam rangka meraih efisiensi biaya bagi nelayan untuk melaut. Adanya pengembangan teknologi berupa sistem Diesel Dual Fuel (DDF), memungkinkan mesin kapal untuk menggunakan dua jenis bahan bakar yaitu diesel dan gas.

Dengan DDF ini, kapal yang berlayar akan mencapai penggunaan energi yang optimal antara BBG yang memiliki efisiensi tinggi dan diesel yang bertenaga besar.

Hal itu diutarakan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir saat kegiatan Uji Terap Konverter KIT Diesel Dual Fuel (DDF) untuk Kapal di atas 30 GT dan Transportasi Darat lainnya di Balai Besar Penangkapan Ikan (BPPI) Semarang, Minggu (29/9/2019).

Nasir mengatakan, teknologi konverter kit yang mengubah mesin bensin atau solar menjadi mesin berbahan gas ini sudah dibiayai selama lebih dari 3 tahun dan telah menghasilkan beberapa tipe generasi konverter kit yang memiliki keunggulan sesuai fase pengembangannya.

“Dengan teknologi ini diharapkan agar Indonesia dapat memaksimalkan potensi lautnya dengan dukungan melalui sektor energi berkelanjutan. Selain itu juga peningkatan potensi laut juga merupakan sebuah dampak signifikan dan perkembangan riset dan teknologi di Indonesia,” katanya.

Adapun produk karya cipta dari PT. Cahya Gemilang Semesta ini sangat bermanfaat bagi keberlangsungan nelayan dalam mencari ikan di laut. Selama ini, perahu yang digunakan oleh nelayan untuk melaut sangat bergantung pada bahan bakar minyak atau BBM.

“Di negeri kita ini harga BBM mulai melonjak naik, oleh karena itu dibutuhkan sebuah alternatif energi berupa bahan bakar gas (BBG) yang memiliki efisiensi pembakaran lebih baik daripada BBM, serta harga yang lebih murah,” lanjut Nasir.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kemenristekdikti Muhammad Dimyati memaparkan, pengembangan konverter kit ini dibiayai Program Pengembangan Teknologi Industri (PPTI) sejak tahun 2016 dengan fokus pada mesin 2 tak dan 4 tak untuk tipe generasi kedua.

Generasi kedua ini memanfaatkan sistem elektronik otomatis dalam pengontrolan aliran bahan bakar sehingga konsumsinya lebih hemat dan aman. Pembiayaan untuk pengembangan kemudian dilanjutkan untuk pengujian stabilitas penggunaan di kapal nelayan dan traktor tangan mesin bajak sawah.

“58% Inovasi yang digunakan di negeri ini saat ini merupakan inovasi dari luar, bukan karya anak bangsa sendiri. Peneliti dan Perekayasa memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menghasilkan invensi dan inovasi yang harus didukung oleh ekosistem riset yang baik,” kata Dimyati. (suarabaru.id)