blank
Dua hari sebelum pelaksanaan Festival Jerami Banjarejo Tahun 2019, para peserta berbondong-bondong mengangkat patung jerami karyanya ke lokasi acara di Desa Banjarejo, Kecamatan Gabus. Foto : Hana Eswe

GROBOGAN – Sebuah selebaran yang beredar di media sosial tentang pelaksanaan Festival Jerami Banjarejo menyita rasa penasaran publik. Terutama masyarakat dari luar kota yang ingin penasaran mengenai festival tersebut.

Rania, misalnya. Warga Kota Semarang yang kebetulan sedang berwisata di beberapa tempat wisata di Grobogan ini penasaran dengan festival jerami yang akan dilaksanakan di Desa Wisata Banjarejo itu. “Penasaran seperti apa festival itu. Sudah lihat sih promosinya di media-media sosial. Sudah baca literatur juga tentang pelaksanaan festival jerami tahun lalu. Kayaknya asyik dan berbeda gitu,” ujar Rania.

Festival Jerami Banjarejo akan dilaksanakan pada 25 September-6 Oktober 2019. Festival ini dipusatkan di Desa Banjarejo, Kecamatan Gabus. Di desa ini memang dikenal dengan desa yang mempunyai peninggalan sejarah cukup tinggi. Di sinilah, festival untuk mempertunjukkan beragam bentuk patung yang terbuat dari jerami alias batang padi.

Kades Banjarejo, Ahmad Taufik mengatakan, festival ini merupakan rangkaian peringatan ulang tahun Desa Wisata Banjarejo ke 3. Di festival ini, pihaknya memiliki visi menguatkan Kabupaten Grobogan sebagai daerah penyangga pangan nasional.

“Ketersediaan jerami yang kerap dianggap limbah produksi pertanian kini diangkat ke level lanjut sehingga bermanfaat dan berdaya guna. Berangkat dari visi itu, salah satu langkah yang akan kami laksanakan adalah menggelar Festival Jerami Banjarejo 2019 ini bertepatan dengan hari jadi Desa wisata Banjarejo ke-3,” ungkapnya.

Namanya saja festival jerami. Semua bentuk patung terbuat dari jerami. Taufik, sapaan akrabnya, mengungkapkan jerami hasil panen selama ini lebih sering dibiarkan menggunung atau dibakar. Bahkan, bisa dipergunakan untuk makanan ternak. Namun, melalui festiva;l ini, panitia mengajak masyarakat menyulap jerami menjadi karya seni yang bisa dinikmati bersama.

“Setiap dusun wajib mengirimkan  patung jerami dengan tema serangga. Namun mereka juga membuat patung jerami dalam bentuk yang lain. Dinas yang sudah ikut yakni Dinas Pendidikan, Dinas Perikanan dan Peternakan, Bagian Perekonomian, K3S Kecamatan Gabus. Untuk desa, ada Dsa Tunggulrejo, Kradenan dan Tuko. Semoga bisa memacu kreativitas generasi muda,” terangnya.

Yang unik dalam festival ini, panitia membuat patung jerami Rondo Cangkek dan Joko Linglung setinggi 6 meter. Keduanya merupakan tokoh Desa Banjarejo. Beragam kesenian juga ditampilkan untuk menghibur pengunjung. Bahkan, artis ternama juga didatangkan untuk memeriahkan panggung hiburan.

“Ada Abah Lala, Tri Suaka, Tami Aulia dan Letto. Tak ketinggalan, ada arena permainan juga. Fosil dan arteak yang kita miliki juga kita pamerkan,” ujarnya.

Taufik berharap, even tahunan ini mampu menjadi daya tarik untuk wisatawan sehingga bisa meningkatkan kunjungan wisatawan. Selain itu  bisa memberikan ruang kepada generasi muda untuk menuangkan ide kreatifnya dalam sebuah karya.

“Karena terkenal sebagai daerah berbasis pertanian, maka dilaksanakan Festival Jerami yang memang merupakan merupakan langkah yang sangat tepat untuk mendatangkan wisata baik lokal, nasional maupun internasional ke Kabupaten Grobogan. Selain memanfaatkan limbah jerami juga menjadi destinasi wisata baru ,” pungkas Taufik.

suarabaru.id/Hana Eswe.