blank
Sejumlah siswa tampak menyaksikan benda-benda cagar budaya di Museum Kailasa Dieng dalam kegiatan studi lapangan bagi peserta lomba esai sejarah yang digelar MGMP Sejarah SMA se-Kabupaten Wonosobo. Foto : SuaraBaru.id/Muharno Zarka

WONOSOBO-Sejumlah siswa SMA se-Wonosobo peserta lomba esai sejarah yang digelar Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sejarah SMA, diajak melakukan studi lapangan di Museum Kailasa dan kompleks candi di kawasan dataran tinggi Dieng.

Komplek Candi Arjuna yang masuk di wilayah Banjarnegara tersebut, selama ini dikenal sebagai situs sejarah penting bagi peradaban Jawa. Sedang Museum Kailasa menjadi kumpulan serpihan benda-benda cagar budaya di Dieng yang punya nilai sejarah tinggi.

Peserta lomba esai sejarah yang tengah mengikuti studi lapangan diterima dan dipandu langsung Kepala UPT Objek Wisata Dieng Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Dipartabud) Banjarnegara Aryadi Darwanto selama mengunjungi situs sejarah Dieng.

Aryadi Darwanto mengatakan di kawasan dataran tinggi Dieng banyak sekali situs sejarah peradaban Jawa dan Nusantara yang perlu digali. Karena itu, selain punya andalan wisata alam, Dieng juga merupakan destinasi wisata sejarah dan budaya.

“Melalui studi lapangan ini, para siswa bisa melihat-lihat situs sejarah Candi Arjuna dan mengkaji secara mendalam untuk bahan pembuatan karya tulis ilmiah. Di Museum Kailasa pengunjung bisa menyaksikan cagar budaya peninggalan masa lalu,” katanya

Bekal Penulisan

Dalam kegiatan yang difasilitasi Direktorat Sejarah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI tersebut Aryadi menambahkan kawasan wisata sejarah di Dieng tidak saja milik Banjarnegara dan Wonosobo tapi juga milik Indonesia bahkan dunia.

Ketua MGMP Sejarah SMA Wonosobo Sugiono mengungkapkan hasil studi lapangan ini akan menjadi pijakan peserta menuangkan ide dalam esai sejarah yang dilombakan. Sebelum ini peserta lomba juga telah mengikuti pelatihan penulisan karya ilmiah bertema sejarah.

“Melalui studi lapangan dan pelatihan penulisan esai sejarah, diharapkan hasil karya ilmiah yang tulis bisa lebih mendalam dan berdasarkan fakta sejarah yang ditemukan saat melakukan riset  di situs sejarah yang dikunjungi,” sebutnya, Minggu (15/9).

Studi lapangan yang dilakukan, imbuhnya, bertujuan untuk membekali siswa terkait dengan materi yang akan ditulis dalam bentuk esai sejarah. Karena penulisan esai sejarah tanpa melakukan riset di lapangan tidak akan menghasilkan karya yang berbobot.

“Siswa diajak ke situs sejarah agar memiliki referensi memadai sekaligus mengetahui cara melakukan observasi lapangan dalam penelitian sejarah. Melalui penelitian siswa punya kepekaan menggali data dan kemampuan penulisan sejarah,” katanya.

Salah satu peserta lawatan sejarah dari SMAN 2 Wonosobo Risma Wulandari mengaku sangat senang dapat mengikuti kegiatan ini. Dirinya merasa memiliki pengetahuan tambahan terkait metode penelitian sejarah dan mengetahui sejarah Dieng lebih dalam.

SuaraBaru.id/Muharno Zarka