blank
Monyet ekor panjang di Gunung Tidar, Kota Magelang, (Humas Pemkot Magelang)

 

MAGELANG– Diduga akibat kekurangan makanan, monyet ekor panjang (macaca fasicularis) di Gunung Tidar Kota Magelang, beberapa hari belakangan ini sering turun ke permukiman penduduk di lereng gunung itu, di sekitar Pusat Grosir Rejo Mulyo di Jalan Ikhlas maupun lokasi lainnya.

‘’Mungkin karena kemarau panjang pohon buahnya sedikit, sehingga makanan di gunung habis. Akibatnya kawanan kera itu turun ke pemukiman mencari makan. Tidak sedikit yang masuk ke rumah penduduk dan mengambil makanan,’’ kata beberapa warga di lereng Gunung Tidar, kemarin (11/8).

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang Ery Widyo Saptoko menerangkan, instansi yang dipimpinnnya setiap hari memberi makan dua kali, yaitu pagi dan sore. Jenis makanan yang diberikan    berupa buah-buahan, ketela, sisa-sisa roti, ketimun, sayur-sayuran dan berbagai mavam biji-bijian.

‘’Penempatan makanan diletakkan pada beberapa titik yang sudah ditentukan. Tujuannya supaya dapat melokalisir agar  kera tidak turun ke area penduduk,   tempat umum dan jalan,’’ ujarnya didampingi Kabag Humas Ahmad Ludin Idris, Rabu (11/8).
Menurutnya, fenomena yang terjadi saat ini di mana kera turun ke bawah merupakan fenomena biasa, yang merupakan siklus alamiah tahunan. Hal itu bisa terjadi akibat kemarau panjang dan sumber pangan di Gunung Tidar berkurang.

‘’Cara penangnan sementara adalah menambah jumlah volume pakan yg disediakan  bagi kera tersebut,’’ ungkapnya.

blank
Gunung Tidar, Kota Magelang, (Humas Pemkot Magelang)

Mengenai populasi monyet ekor panjang di Gunung Tidar, mantan Kepala Badan Kesbangpolinmas menuturkan, UPT Gunung Tidar terus mengupayakan melalui riset guna mencari cara pengurangan jumlah populasi baik dengan cara sterilisasi maupun ditangkap  untuk dipindahkan. Dengan cara itu maka jumlahnya bisa dipertahankan.

Beberapa waktu lalu dua peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta tertarik meneliti keberadaan monyet ekor panjang yang hidup di Gunung Tidar Kota Magelang. Penelitian fokus pada dampak monyet ini terhadap sektor pariwisata di kawasan wisata tersebut.

Kedua peneliti itu adalah drh Wisnu Nurcahyo dan drh Muh Tauhid. Mereka mengambil penelitian berjudul ‘Kajian Dampak Keberadaan Monyet Ekor Panjang Macaca Fasicularis terhadap Sektor Pariwisata di Gunung Tidar Magelang: Studi Populasi Kepadatan/Tingkah Laku Daya Dukung Habitat dan Konflik dengan Manusia’.

Hasil risetnya dipaparkan dalam kegiatan fasilitasi pelaksanaan riset unggulan daerah (RUD) di Kantor Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kota Magelang.

‘’Penelitian kami selama satu minggu didapat fakta, populasi monyet akar panjang di Gunung Tidar melebihi batas kemampuan gunung tersebut untuk mendukung kelangsungan hidupnya. Keberadaan mereka juga mulai meresahkan masyarakat dan mengganggu perekonomian,’’ kata Wisnus.

Dia menuturkan, kajian ilmiah ini bertujuan mengukur populasi, kepadatan, kelayakan habitat dan intensitas konflik. Hasilnya guna menentukan kebijakan terkait keberadaan monyet ekor panjang di Gunung Tidar ini.

‘’Setelah kami survei terdapat dua kelompok monyet ekor panjang di Gunung Tidar, yakni kelompok A dan kelompok B.  Jumlah monyet jantan dewasa pada kedua kelompok tersebut 100 ekor, jumlah betina dewasa 51 ekor, dan jumlah anakan 47 ekor. Total populasi 198 ekor,” katanya.

Dengan jumlah ini, lanjutnya, kepadatan monyet ekor panjang adalah 7 ekor per hektar. Jika dibandingan dengan macaca lain yang tingkat kepadatannya 0,019.3 ekor per hektar, maka tingkat kepadatan di Gunung Tidar cukup tinggi.

Atas kondisi tersebut, terdapat beberapa rekomendasi yang disampaikan oleh Wisnu dan tim dalam riset yang dilakukannya. Antara lain pengukuran jumlah populasi, kepadatan dan sex ratio yang harus dilakukan secara berkala setiap tahun.

‘’Juga pemeriksaan parasite rutin dan penyakit lainnya. Termasuk translokasi monyet ekor panjang dapat menjadi alternatif, namun dengan biaya cukup tinggi,’’ terangnya. (hms)

Editor : Doddy Ardjono