blank
Peserta tengah mengikuti FGD "Prespektif Pengelolaan Waduk Wadaslintang, Pasca Kejadian Kematian Massal Ikan" di usaha budi daya Karamba Jaring Apung (KJA) di Pendapa Belakang. (Foto : SuaraBaru.id/Muharno Zarka)

WONOSOBO– Bupati Wonosobo Eko Purnomo SE MM mengajak seluruh warga Wonosobo untuk mendukung, menjaga dan melestarikan alam yang bersih dan hijau, termasuk Waduk
Wadaslintang sebagai sumber daya alam yang wajib dilindungi.

“Saya sangat prihatin atas kematian beberapa ton ikan di Waduk Wadaslintang beberapa waktu lalu akibat tingkat sidementasi yang sangat tinggi. Secara ekonomi kematian ikan milik petani keramba setempat tentu sangat merugikan,” tegasnya.

Penegasan tersebut disampaikan Eko Purnomo saat membuka Focus Group Discussion (FGD) “Prespektif Pengelolaan Waduk Wadaslintang, Pasca Kejadian Kematian Massal Ikan” di usaha budidaya Karamba Jaring Apung (KJA) di Pendopo belakang, Selasa (27/8).

Eko menuturkan, pada awalnya salah satu tujuan pembangunan Waduk Wadaslintang adalah, untuk mendukung program swasembada pangan. Namun seiring berjalannya waktu, pemanfaatan waduk telah berkembang dan semakin variatif, salah satunya yakni sektor perikanan.

“Dengan luas genangan sekitar 1.465,6 hektar, memiliki arti penting secara ekonomi bagi masyarakat sekitar waduk, terutama untuk kegiatan perikanan baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Ini memberi keuntungan ekonomi bagi warga,” tandasnya.

blank
Bupati Wonosobo Eko Purnomo SE MM berharap kematian masal ikan di Karamba Waduk Wadaslintang tidak terjadi lagi. (Foto : SuaraBaru.id/Muharno Zarka)

Berkembang Pesat

Sementara Kepala Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan (Dispaperkan) Wonosobo Ir Abdul Munir MSi menyampaikan, perikanan tangkap yang ada di Waduk Wadaslintang, meliputi penangkapan ikan oleh nelayan jaring, nelayan jala dan pemancingan.

“Sedangkan untuk perikanan budidaya berupa pembudidaya ikan dengan sistem Karamba Jaring Apung (KJA), yang dikelola oleh pihak perusahaan swasta dan masyarakat. Belakangan ini budaya perikanan di Waduk Wadaslintang berkembang pesat,” jelasnya.

Budidaya ikan dengan sistem KJA ini, imbuhnya, sudah berlangsung lebih dari 20 tahun, yang memberikan manfaat diantaranya penyerapan tenaga kerja dan industri olahan ikan skala rumah tangga serta membawa multiflyer effect ekonomi yang signifikan.

Namun demikian, dibalik nilai positif kegiatan usaha budidaya dengan sistem KJA ini ada konsekuensi logis yang terjadi, yaitu adanya degradasi kualitas perairan berupa timbunan sisa metabolisme ikan di dasar perairan waduk.

“Hal tersebut berpotensi menimbulkan up welling (pembalikan masa air), yang mana berisiko sebagai penyebab terjadinya kematian ikan secara massal. Masalah tersebut harus bisa diatasi agar kejadian serupa tidak terulang lagi,” tegasnya.

Kematian ikan secara masal dalam  budidaya ikan sistem KJA beberapa waktu lalu, ada benang merahnya dengan penurunan kualitas perairan. Secara fisik, kimia dan biologis, munculnya up welling menyebabkan gagalnya usaha budidaya ikan karamba.

Dengan FGD diharapkan dapat memberikan solusi tepat untuk mengurai permasalahan yang terjadi, baik dari sisi teknis perikanan maupun ekonomi. Sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terus meningkat tanpa menimbulkan dampak negatif bagi kelestarian lingkungan.

SuaraBaru.id/Muharno Zarka