blank
Dr. Ira Alia Maerani, SH.MH

The Legends Memaknai Kemerdekaan

Oleh:

Ira Alia Maerani

Bulan Agustus sudah di penghujung. Namun bulan yang identik dengan hari kemerdekaan yang diperingati setiap tanggal 17 Agustus senantiasa memantik semangat. Semangat guna membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia yang jaya, gemah ripah lohjinawi, aman tentrem kerta rahardjo.

Kala peringatan Hari Kemerdekan beragam do’a dan harapan dipanjatkan di moment berkumpulnya seluruh warga. Lintas generasi. Mulai anak-anak, remaja, pasangan muda, middle age hingga sesepuh pinisepuh.

Transfer nilai dan budaya tersalurkan dalam suasana penuh kerukunan, keakraban dan kekeluargaan. Sehingga dengan tema,”Gotong Royong, Guyub Rukun, Ngrumat Bebrayan” diharapkan menginspirasi dan memotivasi seluruh warga. Terutama di lingkungan RW VI, Kelurahan Plamongan Sari, Kecamatan Pedurungan, Semarang pada saat peringatan perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-74 pada Sabtu, 24/8/2019.

Peringatakan Hari Kemerdekaan dihadiri warga dan hampir seluruh pejabat terkait mulai tingkat Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), Kelurahan dan Kecamatan. Camat Pedurungan, Dr. Drs. Kukuh Sudarmanto, S.Sos, S.H., M.M., B.A., mengajak warga untuk menjaga kerukunan. Tidak terprovokasi oleh hoax dan informasi yang tidak menguntungkan bagi kerukunan warga. Menjaga keutuhan NKRI dengan menolak segala bentuk terorisme dan radikalisme.

“Forum silaturohim ini menjadi ajang pertemuan warga. Dalam rangka merawat dan menjaga kerukunan dan kekeluargaan. Oleh karena itu tema yang diusung adalah Gotong Royong, Guyub Rukun, Ngrumat Bebrayan. Mulai saat ini, mulai dari hal yang kecil-kecil dan mulai dari diri kita,”kata Drs. Sosiawan, Ketua RW VI, Kelurahan Plamongan Sari. Nampak pula Lurah Plamongan Sari, Adi Yunarso, S.Sos., M.M. memberikan sambutan.

Ketua RT 06, Dr. Nuridin, S.Ag., M. Pd., memimpin do’a dengan harapan agar negeri Indonesia senantiasa dilindungi oleh Allah SWT serta dipimpin oleh pemimpin-pemimpin yang hanya takut kepada Allah SWT. Rahmat Allah SWT tercurah pada generasi muda sebagai pewaris kemerdekaan. Anak muda yang kuat fisiknya, tangguh imannya dan hanya takut kepada Allah SWT.

Sesepuh pinisepuh atau the legends (jika meminjam istilah anak muda) RT 06, Sri Hastuti, mengajak anak muda untuk semangat dalam rangka mengisi kemerdekan. Dengan penuh semangat Bu Tuti, kerap dipanggil, memimpin untuk menjadi dirijen menyanyikan lagu Indonesia Raya dan beberapa lagu perjuangan. Dengan diiringi pekik  kemerdekaan ia berfilosofi hidup dalam memaknai kemerdekan dengan singkatan 3B. Yakni Berdo’a, Berusaha, dan Berserah diri.

Jika berusaha, berdo’a dan berserah diri sudah dilaksanakan, maka perlu dilanjut dengan Bersedekah dan Bertawakal pada Allah SWT. Ketergantungan kepada Sang Khalik, Allah SWT, sudah sepatunya. Mengingat kemerdekaan kita adalah anugrah dari Allah SWT.

Seperti amanat bunyi Pembukaan UUD NRI Tahun 1945,”Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaanya.”

Naskah Proklamasi Kemerdekaan dibacakan oleh Proklamator Ir. Soekarno dan Muhammad Hatta di rumah milik Faradj bin Said bin Awadh Martak yang terletak di  Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Karena kecintaannya kepada negeri Indonesia dan harapan yang sama atas kemerdekaan Indonesia dari belenggu penjajah, pria kelahiran Hadramaut, Yaman ini menghibahkan rumahnya agar dapat dimanfaatkan untuk kepentingan Republik Indonesia. Di rumah tersebut Fatmawati kemudian menjahit sendiri Bendera Merah Putih pada malam sebelum Proklamasi. Keesokan harinya, Jum’at, 17 Agustus 1945, pukul 10.00 WIB, rumah tersebut dijadikan tempat dikumandangkannya naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, lengkap dengan pengibaran Sang Saka Merah Putih.  (www.wikipedia.com )

Teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia diketik oleh Mohamad Ibnu Sayuti Melik yang isinya adalah sebagai berikut: (www.kompasiana )

PROKLAMASI

 

Kami bangsa Indonesia dengan ini

Menjatakan kemerdekaan Indonesia.

Hal-hal jang mengenai pemindahakan

Kekoesaan d.l.l, diselenggarakan

Dengan tjara seksama dan dalam tempo jang

Sesingkat-singkatnya

 

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05

Atas nama bangsa Indonesia

Soekarno/Hatta

Kini jalan Pegangsaan  Timur beralih nama menjadi Jalan Proklamasi. Naskah Kemerdekaan yang hanya terdiri dari 36 kata ini atas izin Allah menjadi tonggak kemerdekaan dan kedaulatan Republik Indonesia yang kini sudah memasuki tahun ke-74. (Dr. Ira Alia Maerani, S.H., M.H., dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang).

Suarabaru.id