blank

MAGELANG-  Gapura Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang masuk  10  terbaik pada lomba Festival Gapura Cinta Negeri yang diselenggarakan Badan Ekonomi Kreatif, Kementerian Sekretariat Negara dan Kementrian Dalam Negeri.

blank
Riyadi, Tokoh Masyarakat Dusun Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang. Foto. Suarabaru.id/ Yon

“Kami cukup bangga, dari  1.456 peserta kategori umum, gapura Dusun Gejayan, Desa Banyusidi  bisa masuk 10 besar terbaik ,” kata Riyadi, salah satu tokoh masyarakat Dusun Gejayan, Desa Banyusidi,  Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Sabtu (24/8).

Riyadi mengatakan,  atas prestasi tersebut  rencananya pihaknya akan diundang ke Jakarta pada 29- 30 Agustus mendatang  oleh Badan Ekonomi Kreatif, Kementerian Sekretariat Negara dan Kementrian Dalam Negeri, selaku panitia lomba.

Riyadi mengatakan, dirinya bersama masyarakat Dusun Gejayan tidak pernah terpikirkan, karya masyarakat dari di kaki Gunung Merbabu tersebut bisa menembus 10 besar dari menyisihkan ribuan peserta lainnya dari seluruh pelosok nusantara.

Karena,  prestasi bagi masyarakat Dusun Gejayan dalam memperindah gapura desa tersebut bukan tujuan yang utama. Melainkan masyarakat setempat bisa memanfaatkan limbah dari hasil perkebunan dan hutan yang ada di sekitarnya, menjadi lebih bermanfaat.

“Pemilihan bahan baku alami yang ramah lingkungan tersebut juga untuk mengurangi penggunaan bahan dari plastik  yang bisa mencemari lingkungan sekitarnya,” kata mantan Kepala Desa Banyusidi ini.

Ia berharap, lomba “Gapura Cinta Negeri” ini dapat dilaksanakan secara berkesinambungan, karena dalam proses pembuatan gapura tersebut, juga tertanam nilai-nilai  positif di masyarakat seperti budaya gotong royong yang mulai dirasakan pudar.

Ketua Padepokan Seni “ Wargo Budoyo” Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis ini menambahkan,  untuk menghias gapura masuk dusun setempat, pihaknya memang sengaja memanfaatkan barang limbah dari hasil pertanian dan hutan  yang ada di sekitarnya. Seperti daun pohon nangka, daun bendha /bendho (Artocarpus elasticus), jerami, gedebog (pelepah) pohon pisang, sabut kelapa, ijuk dan bunga pinus.

Dari bahan baku tersebut ditata secara apik dan artistik menjadi sebuah karya instalasi seni berbentuk  lambang negara , Burung Garuda, dua tokoh wayang  yang dipajang di atas gapura dusun  yang mempunyai ketinggian sekitar 7 meter dan lebar 5 meter.
Riyadi menjelaskan, adapun bentuk burung garuda yang ada di tengah gapura tersebut  melambangkan keperkasaan dan kekuatan dalam berbangsa dan bernegara.

“Selain itu garuda juga memiliki sifat gigih berjuang untuk mempertahankan hidupnya. Hendaknya kita sebagai bangsa, mampu berjuang dengan gigih untuk kemajuan bangsa dan negara. Garuda juga mencengkeram kalimat semboyan bangsa kita ” Bhineka Tunggal Ika,” katanya.
Selain ornamen berbentuk Burung Garuda, di sisi kanan dan kiri gapura tersebut juga terdapat seni instalasi dari jerami padi berbentuk dua tokoh wayang, yakni wayang laki-laki dan perempuan.

Menurutnya, wayang merupakan warisan kebudayaan nonbendawi yang telah diakui dunia. Adapun tokoh wayang yang dipasang,  merupakan tokoh laki  laki dan perempuan,  sebagai lambang keseimbangan hidup berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat.

Suarabaru.id/ Yon