blank
Kendaraan eksplorasi migas dengan deck yang panjang, harus susah payah lewat tengah kota, karena Kota Blora belum memiliki jalan lingkar yang layak. (Foto : SB/Wahono)

BLORA – Peningkatan status jalan nasional Rembang-Blora-Cepu, dan semakin sempurnanya fisik jalan provinsi di jalur tengah Blora-Semarang/Solo, berdampak semakin padatnya lalu lintas lewat Kota Blora.

Tidak hanya padat, kendaraan berat dengan deck panjang bertonase puluhan ton harus melintas tengah ‘’kota sate’’ siang malam, lantaran sampai saat ini Kota Blora belum memiliki jalan lingkar.

Pantauan di Kota Blora, Selasa (20/12/2019), truk-truk berat itu siang malam harus lewat jalan Sudirman, Gunandar, Reksodiputro, Maluku hingga ke jalan Gatot Subroto simpang empat (perempatan Biandono).

Di malam hari, trotoar di kanan kiri jalan Gunandar dan jalur lainnya berdiri sejumlah pedagang kaki lima (PKL), kondisi ini yang membuat lalu lintas makin semrawut dan berbahaya.

“Kendaraan berat lalu lalang di dalam kota, khususnya jalan Gunandar, kalau pas lewat ada kendaraan besar rasanya miris saja,” ungkap aktivis pemerhati sosial, RA. Diah Maharani Pratiwi Dewi Kinasih D. Panuluh.

Menurutnya, sebelum Pemkab membangun jalan lingkar, untuk amannya jalur tengah kota yang untuk lewat kendaraan berat dibuat lajur satu arah.

Aktivis permerhati lingkungan dan mantan anggota DPRD Blora, Seno Margo Utomo, juga mengaku sangat prihatin dengan perkembangan fasilitas jalan di Blora.

blank
Kendaraan berat bertonase puluhan ton seperti ini harus lewat dalam kota, sebab Blora belum memiliki jalan lingkar. (Foto : SB/Wahono)

Satu Jalur

Perkembangan kendaraan meningkat pesat, sementara pembangunan sarana jalan cenberung stagnant, jadilah Kota Blora semakin hari harus menanggung beban berat lalu lintas di jalur tengah.

“Benar, banyak yang miris dan waswas saat lewat jalur dalam kota yang dilewati kendaraan berat, sudah sempit kini berdiri banyak PKL,” ungkap Seno.

Seno menambahkan, mumpung tanah pinggiran kota masih tersedia, dan belum terlalu mahal, seharusnya Pemerintah Kabupaten (Pemab) segera membuat rencana, dan merealisasi ring road (jalan lingkar).

“Setuju, sebelum jalan lingkar terwujud, sementara dibuat satu jalur untuk keamanan bersama,” pesannya.

Dimintai konfirmasi padatnya lalu lintas kendaraan berat di dalam kota, Kepala Dinas Perumahan Pemukiman dan Perhubungan (Dinrumkimhub), Pratikno Nugroho, menyatakan terima kasih atas masukan para pihak.

Pratikno belum bisa menjelaskan kapan rencana pembangunan jalan lingkar bisa terealisasi, namun menurutnya Pemkab sudah merencanakan pembangunan jangka panjang.

Diakuinya, jika dibuat satu jalur, memang akan lebih aman, tapi masyarakat juga pro dan kontra.

“Semua masukan kami terima, nanti kami paparkan saat rapat bersama antar institusi,” tambah alumni STPDN (kini IPDN) angkatan I.

Sementara itu Kepala Satuan Polisi Pamong Praja, Joko Sulistyono, segera akan turun memantau PKL di kanan-kiri jalur kendaraan dalam kota, dan segera dirapatkan.

“Kami akan cek PKL jalur kendaraan berat, nanti segera kami rapatkan bersama,” kata mantan Camat Cepu.

Dalam berbagai kesempatan, Bupati Blora H. Djoko Nugroho, menyatakan nanti  setelah penataan kota beres, Pemkab akan memikirkan dan merencanakan jalan lingkar.

Menurutnya, fasilitas inprastruktur jalan lingkar dinilainya juga mendesak, yakni solusi mengurangi beban berat lalu lintas di dalam kota yang kian padat.

“Pemkab sudah berpikir soal jalan lingkar, karena beban lalu lintas dalam kota makin berat, dan padat,” tandas Bupati H. Djoko Nugroho.

Suarabaru.id/Wahono